semasa

semasa

Senin, 25 November 2013

Apakah hri ini? Aq bisa melihat keindahan bibir.y, yg menari lincah ikuti irama nadi q, bangunkan dri mimpi2 q akan keindahan d.negri impian, apakah hri ini? Aq dpat memandang fokus k.arah bening dua matanya yg menatap tajam k.arah awak kapal q, yg berikan smangat utk hdup lbih layak, yg sadarkan q dri angan2 yg b.lebihan, yg mustahil aq capai, apakah hri ini? Aq dpat mendengar lantunan2 kata yg merdu, yg keluar dri getar vita suaranya, yg dpat membius telingaku seolah brada dlm dunia hayal, "apakah hri ini?" kata yg slalu aq ucapkan, saat aq memejamkan mata k.arah langit lepas, saat bumi masih d.payungi kegelapan, saat semua makhluk msih dlm lingkar jasad tanpa roh, saat smua makhluk msih menari-nari d'dunia tak terbatas. . .

Minggu, 07 Agustus 2011

sebulir

jemariku mulai lagi memainkan yang seharusnya. seperti asa yang kembali. sekarang.
pernah hanya sekali saja aku bertanya. dan menjawabnya dengan tawa.
siap memilah dari yang didapat oleh jaring tua. sebulir. hanya sebatas itu.
tertinggallah aku di ujung jarum jam. dengan yang hanya sebulir itu. mengangkasa.
di siang dan di malam, di siang hingga ke malam. melarutlah di pori-pori otak. hingga merasuk pikiran dan kuasai jiwa.
tulisan. maksudmu yang tercantum di kepalaku kah?.
berdiri berdampingan, hingga saatnya tiba berdiri berjauhan. dan kembali di posisinya.
entah bila. ada lagi masa aku hidup kembali. ku buat nyata sebulir itu.
entah bila. ada yakin masa renkarnasi. seperti yang telah terucap di balkon hijau putih.
negeri tua tempatnya. entah. genggaman memukuli pelataran.
berkisah tetntang sebulir air yang membanjiri sejagat raya.
lorong lorong itu. menarik hati untuk terus kembali. kegelapan kata.
seperti sebuah rahasia dalam sebuah cerita. begitupun negeri tua. tak pernah tau apa maknanya.

Jumat, 05 Agustus 2011

Taman Santap Rumah Kayu




di jamin makananya ga ada yang aga enak, ada c yang ga enak makanan buat ikan... hahahaha

rumah kayu, menyuguhkan susana makan di tengah kesejukan alam,,,, adem adem dahhh.... dari pertama masuk sih ga bakal keliatan istimewa,tapi kalo udah masuk ke dalemnya....emmmmm baru dah terasa indahnya.... udah gitu luas pulaaaa...... sekitar 1 hektar,,, karyawannya juga ramah-ramah..hahahahaha najongggggg.... fasilitasnya lengkap,,, ada taman bermain untuk anak2,, ada juga musholah...... emmmm,,,,
yang paling ga nahan itu suasna saat malemmmmmm.... mata serasa dimanjakan indahnya surga.... :)... ada juga ruangan vip nya,,
untk santai bareng keluarga,, ok
bareng pacar,, ok,,
bareng rekan kerja,, ok
bareng selingkuhan jg,, ok haha bcanda itu
pokoknya ok dahhhh
party . .
ultah, kawinan, sunatan jg ok daaghh....
buat rapat apa lagi,, cocok bener....

.... tap tap tap,,, apal ga ya saung''nya.... sonikeling, sengon, jati, akasia, angsana, cempaka, nyatoh, pinus, damar, tembesu, cendana, gaharu, merbau, ulin, meranti, bangkirai, daaaaaaannnnnn kayu manisssss....hehehehe

selamat mencoba.... kalo lewat ke serpong.. mampir di taman santap rumah kayu . . . okkk

Rabu, 23 Februari 2011

HASANUSSHOLIHAT SekolahKu




di sinilah kebersamaan terjalin........... Ado DAn yang lainnya,,, banyak cerita dalam cerita..... bermacam emosi... sedih. senang, takut, bahagia, tertawa, marah, canda, dan yang lainnya........
hingga semuanya harus berakhir dengan berbagai kenang di dalamnya......
teman- teman semua..... jangan lupakan sekolah kita HASANUSSHOLIHAT, yang telah memberi kita banyak pengalaman, banyak kenangan, banyak ilmu,, yang nantinya berguna untuk kita.....

Selasa, 09 November 2010

antallatana

masih ingat kiblat ketulusan cinta...... inilah antallatana yang udah jdi novelet......



ANTALLATANA




Dengan CintMu
Aku Mencintainya










AhmadMurtado


ANTALLATANA



# . Mahkota Berharga……………………………
# . Cincin Perak………………….........................
# . Dalam Lindungan Al-Qur’an………………...
# . Sinar Mata Dibulan Ramadhan………………
# . Bukan Hari Raya Maera……………………..
# . Melati Hitam Dalam D3s@m13er…………..
# . Teman Kecil…………………………………
# . Rumah Nenek Van Hag……………………..
# . Air Mata surgawi……………………………
# . Surat Bertinta Merah………………………..
# . Kembali Kepada Sang Pencipta………………..


























# . Mahkota Berharga



Di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar, suasana pagi ditemani hujan yang tak terlalu deras terdiam seorang laki-laki duduk di teras memandang kosonng tetes-tetes air hujan yang jatuh tepat di bawah kakinya, terhembus dari timur angin samudra menyapa rambutya, semakin kencang semakin membuat laki-laki itu meratap meneteskan air matanya, seolah gambarkan dirinya menjerit tak kuasa menahannya.
Al- maera artalys seorang laki-laki yang sudah lama di tinggalkan ayah dan bundanya, dua sosok orang yang menjadi panutanya dalam menjalani hidup.
Dan maera sapaan akrabnya kini tinggallah seorang diri hidup sebatang kara dirumah sederhana peninggalan orang tuanya. Dan maera sangat merindukan kedua orang yang ia sayangi, “……ayah……bunda……” bisik maera halus pada dirinya “…aku di sini sendiri,,,,merindukan kalian berdua…” lnjut maera.



…. ^_^….




“Maera kamu kenapa….??” Dari arah depan terdengar suara seorang wanita menyapa, “ hallooww….jawab dong,,,,,,sendirian seperti ini di luar,, dingin maera…” jelasnya, maera belum juga menyadari kehadiran wanita itu….” Maera……maera……maera..” wanita itu kembali coba menyadarkan maera, dan akhirnya di tepuklah pundak maera oleh wanita itu, di saat itu pula maera bangun dan tersadar dari lamunannya. Ketika maera mengarahkan pandangannya kearah wanita itu ternyata Rima an_nissa kekasihnya telah berdiri di hadapanya. “ada apa denganmu maera, apa yang membuatmu meneteskan air matamu….?” Tanya rima halus, dan ketika itu maera menarik tangan rima yang lembut bak kain sutra menciumya dan menaruh di pipi kanannya, maera semkin tak terkendali, tangis maera semakin kencang sambil meneriakan kata ayah dan bunda. “maera jika tangismu menenangkan hatimu, maka menangislah….” Ucap rima sambil membelai rambut maera.dan setelah beberapa menit api yang berkobar itu pun mulai padam.



……^_^……



Setelah semuanya kembali seperti semula, tak ada tangis dan kesedihan, hadirnya rima memberi sedikit kekuatan baru untuk maera, menjadi penopang disaat maera hendak terjatuh. “mau minum ap??,teh atau cokelat hangat…?” Tanya maera ketika hendak berdiri, bangun dari duduknya, “ cokelat hangat kayaknya asyik di cuaca seperti ini…” jawab rima cengengesan, “baik…tunggu sebentar ya tuan putriku yang cantik, hamba hendak mengambilknnya untuk tuan putri….hehehe” ucap maera menggoda. Maerapun kembali, datang dengan dua cangkir cokelat hangat di tangannya satu untuk dirinya dan satu untuk rima, “ hamba datang putriku..” maera tetap saja menggoda, rima hanya tersenyum tersipu malu.
“ maera…..ma’afkan aku sebelumnya, tapi ini janji kamu dulu,,kamu bilang akan menceritakan semuanya, tentang apa yang terjadi pada dirimu, dan kesedihanmu..” Tanya rima lembut. Mendadak maera diam akan pertanyaan rima itu, pikirnya apa benar dia telah berjanji?, tapi bagai manapun juga rima adalah kekasihnya,tak peduli janji atau tidak, dia harus tetap menceritakan semuanya kepada rima yang telah setia menemaninya di saat apapun, sedih, tawa, senang, ataupun susah, maera telah melewati berbagai hal dengan rima, jadi kali ini rima harus tau tentang kesedihannya itu.



……^_^……








“ma’afkan aku rima…..seharusnya aku menceritakan semua ini sejak awal, sejak awal kedekatan kita, bukan aku tak mempercayaimu atau menganggapmu tak ada, tapi butuh waktu dan kekuatan untukku menceritakan kesedihanku,dan kali ini aku akan menceritakannya kepadamu.
al-maera artalys itulah namaku aku terlahir sebagai seorang muslim, aku tak punya saudara, aku anak tunggal, dari sejak kecil aku, bunda,dan ayah begitu akrab, menggambarkan keluarga yang bahagia kami saling menyayangi satu sama lain aku dididik mengenal islam, allah, dan rasulullah oleh ayah bundaku, ketika siang bunda mengingatkanku, dan ketika malam ayah menuntunku.
Aku sangat mencintai bunda begitu juga ayah,mereka mahkota berharga dalam hidupku, aku bukanlah apa-apa tanpa mereka.
Ketika senja datang itulah waktu kesukaanku, karna menunjukan bahwa kebersamaan kami akan dimulai, ayah pulang dari pekerjaanya, aku dan bunda menunggu, ketika ucapan salam terdengar dari balik pintu hatipun bersorak gembira, pahlawan kami telah datang. kami bertiga sangat kompak salat berjama’ah setelah itu mengaji bersama hingga malam mulai larut dan kami tertidur lelap dengan do’a dan harapan untuk hari esok, rambutku di belai mesra tanganku di genggam erat oleh ayah dan bundaku”.
Maera sejenak menghentikan ceritanya, mengangkat cangkir di tangannya dan ”…..sssrrrrrpppp…” meminum sedikit cokelat hangatnya. Sedangkan Rima serius memperhatikan kata demi kata yang keluar dari mulut kekasihnya itu.



……..^_^……




Tatapan maera mengarah tepat di wajah cantik rima, maera mengambil nafas panjang dan kemudian melanjutkan ceritanya.
“ Hingga pada akhirnya ketika umurku menginjak 10 tahun kebersamaan itu tak aku temukan kembali, ayah ku meninggalkan aku dan bundaku pergi ke tempat abadi, di mana setiap insan pasti akan kesana kembali kepada sang pencipta alam semesta allah S.W.T.
Sejak saat itu aku hidup hanya dengan bundaku, aku tak tega melihat bundaku yang sekarang harus berperan ganda sebagai ibu juga sebagai ayah bagi aku. kami pun tak boleh lama-lama larut dalam kesedihan karna jalan hidup kami masih panjang masih banyak hal yang akan terjadi, aku semakin mencintai bundaku.
Waktupun berjalan begitu cepat tak terasa umurku menginjak 17 tahun sweet seventeen, Tapi di saat seperti itu yang seharusnya sosok ibu itu ada, aku al-maera artalys lagi-lagi harus merelakan bunda pergi menyusul ayah. Hati ku hancur, aku tak punya siapa-siapa lagi, semua orang yang ku cintai pergi, aku hanya sendiri, dan sekarang sudah hapir 4 tahun aku hidup tanpa ayah dan bundaku, aku rindu mereka berdua, aku sangat merindukan ayah dan bunda…….” Jelas maera panjang, tanpa adanya suara lagi maera terhenti dari ceritanya.
Dan tanpa suara, air mata jatuh kembali di pipi maera. Rima tanpa sadar telah terbawa dalam cerita yang di tuturkan maera, dan kini rima merasakan betul apa yang terjadi selama ini pada maera, tentang dirinya dan kesedihannya. “…maera, mendengar ceritamu aku tak sanggup berkata-kata lagi, tapi aku yakin kamu pasti bisa tegar dan kamu juga harus yakin akan hal itu. Aku hanya ingin melihat senyum dan tawamu, jangan sedih lagi ya!!..” ucap rima meyakinkan. “ya….. terima kasih rima..” jelas maera.
























# . Cincin Perak




Keesokan harinya, saat pagi baru saja melambaikan tangannya sebagai tanda ucapan selamat datang,,”Brugg” maera jatuh dari tempat tidurnya “aauuww” seketika maera menjerit kesakitan…”hahahahaha, sakit ya??,makanya kalo tidur hati-hati!”, rima tertawa lepas mendengar kekasihnya terjatuh dari tempat tidur dari balik pintu kamar maera yang ternyata sudah ada dari semenjak subuh di rumah maera. “loh…rima kamu ada di sini? Bagaimana kamu bisa masuk??” Tanya maera teriak kebingungan. “aku kesini nyiapin bekal buat kamu makan nanti, hari ini kamu ada kegiatan Bakti Sosial kan yang di adain kampusmu di luar kota selama 3 hari, aku bisa masuk juga karna emang kebiasaan kamu yang selalu lupa untuk mengunci pintu, jadi tak terlalu sulit untukku masuk kerumahmu..” jelas rima. “oohhh begitu ya, ya sudah terima kasih banyak bantuannya ya rima ku yang cantik….hehe” jawab maera cengengesan.


…..^_^…..


“nahhh,,,begitu dong, wangi dan rapih” ucap rima melihat maera yang keluar dari kamarnya dalam keadaan yang rapih dan wangi karna telah mandi. “iyya dong…apalagi pagi ini di temani tuan putri yang sudah rela datang pag-pagi buta, bela-belain hanya untukku” jelas maera. “ya,,,,ya. ya sudah ini bekal untukmu” sambil menyodorkan bekal yang sudah di siapkan. “ makasih cantik……aku berangkat ya,,,,” maera pun pergi dengan tak lupa ucapan salamnya kepada rima. “wa’alaikum salam…..hati-hati ya” jawab rima khawatir dengan keadaan maera nanti. “duuuhhhh,,,,gimana nih, mudah-mudahan maera di berikan perlindungan allah…amiiin” bisik rima pada dirinya tak tenang.


……^_^……
Maera pun datang di tempat tujuannya, di tempat di mana tidak ada kemewahan terlihat, tempat yang begitu kumuh di pinggir perkotaan. Di sana maera meihat kehidupan yang benar-benar jauh dari kata bahagia, seorang ibu menggendong anaknya sambil bekerja membersihkan sisa-sisa botol minuman yang kemudian dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terlihat banyak sekali anak-anak kecil yang hilir mudik membawa satu karung besar yang di dalamnya berisi sumber kehidupan mereka.
Ada satu yang menjadi perhatian maera yaitu seorang anak memakai kerudung yang terlihat semangat memunguti botol minuman bekas. “ assalamu’alaikum” ucap salam maera kepada anak itu. “ wa’alaikumsalam” jawab anak tersebut.” Siapa namamu nak?”. Tanya maera sopan. ”fatimah ka”. “ aku melihatmu semangat sekali bekerja, apa kiranya yang membuatmu bersemangat seperti ini, aku iri padamu?” Tanya maera halus. “kenapa harus iri ka?, kita hidup di dunia ini bukankah harus penuh semangat, fatimah ngga mau allah marah sama fatimah karna terlalu banyak mengeluh atas kehidupan fatimah, seperti apapun fatimah sekarang fatimah mensukuri ini semua ka” jawab fatimah polos. “astagfirullah…..kaka selama ini tidak menyadari itu fatimah, terima kasih” ucap maera.


……..^_^……..


Tak terasa maera telah berbincang-bincang cukup lama dengan fatimah hingga waktu ashar tiba. Terdengar suara merdu adzan yang menyapa gendang telinga di bawa oleh hembusan angin yang lembut menyejukan hati. “ka, fatimah pulang dulu. Allah sudah memanggil fatimah” ucap fatimah meminta izin. “ ya sudah, terima kasih telah menemani kaka fatimah, kaka juga mau menemui rekan-rekan kaka di pinggir musholah sana, mereka sudah menunggu”. Mereka berpisah dengan ucapan salam. Kegiatan Bakti Sosial kampus maera adalah memberikan motivasi, penyuluhan-penyuluhan kesehatan, dan di hari terakhir memberikan santunan kepada masyarakat setempat.


……^_^……
Pada malam terakhir tepatnya sehabis isya, kesehatan maera menurun, wajah maera terlihat pucat. Ketika maera hendak berwudhu untuk shalat isya. “Bruggg”. Maera terjatuh dan pingsan, rekan-rekan maera yang melihat kejadian itu langsung membawa maera dan berusaha menyadarkan maera. Maera panas tinggi.
Dia terlalu letih dengan aktifitasnya dua hari terakhir ini, sehingga lupa akan kesehatannya sendiri. Setelah maera tersadar dari pingsan Rekan-rekannya kemudian memberikan teh hangat kepadanya, pelan-pelan maera meminum teh itu. “ apa yang terjadi padaku?”. Tanya maera kepada rekan-rekannya. “ kamu pingsan maera..” jawab salah seorang rekannya.” Ya sudah, sebaiknya kamu istirahat, besok kita bergegas pulang”. Lanjut rekannya yang lain.
Maera tak berpikr panjang dengan keadaan tubuhnya yang seperti itu maera langsung memejamkan mata dan seketika tertidur. Benar sekali apa yang telah di khawatirkan rima tentang maera waktu itu, rima telah menyadari dari awal bahwa maera akan seperti ini.


……^_^….


“kukuruyuuukkkkk……” dari luar terdengar ayam jantan berkokok dengan merdu yang kemudian membangunkan maera dari tidurnya.
Terbukalah mata maera hal pertama yang dia lakukan adalah meyakinkan dirinya bahwa dia sudah agak sehat dan kemudian melihat jam yang yang terpasang di tangan kanannya. Waktu menunjukan pukul 04:00 . maera yang sudah yakin pada keadaan tubuhnya kemudian berusaha bangun. Kepalanya masih terasa pusing, tapi maera memaksakan dirinya pergi ke kamar mandi untuk berwudhu karna sebentar lagi waktu shalat subuh tiba.
Dan setelah itu maera hendak pergi keluar dari tempat menginapnya mencari sebuah masjid karna pikirnya dalam tiga hari ini dia belum pernah shalat di masjid di tempat itu dan dia pun mencarinya.
Berjalan ter tatih-tatih menyusuri perumahan kumuh. Lama dia berjalan tak juga temukan masjid itu dan adzan subuhpun terdengar dia berpikir untuk mengikuti di mana suara adzan itu dia yakin di situlah masjidnya. “ alhamdulillah…” ucapan syukur maera karna benar saja tak jauh dari tempatnya mendengar adzan ada sebuah masjid.
Maera langsung masuk ke dalam masjid itu karna sebelumnya dia memang sudah berwudhu di tempat dia menginap.
Ketika pertama kali masuk maera melihat sudah ada seorang anak dengan mukena duduk di barisan belakang. “…fatimah….”. ucap maera sadar akan sosok seorang anak itu yang ternyata fatimah seorang anak yang telah dia kenal sebelumnya. “…kamu sedang apa disini?” Tanya maera konyol. “ kaka pake Tanya,, ya fatimah mau shalat lah…hehe..” jawab fatimah meledek. “…oo iyya,,,,hehehe”. Respon maera salah tingkah. “...ya allah, anak ini begitu mulia.. dia selalu ingat kepadamu, dia selalu tersenyum kepada semua orang, dia selalu menunjukan keceriaannya, semangat dalam menjalani hidup,,,”..bisik maera dalam hatinya.


……^_^……


Setelah maera selesai shalat berjama’ah. Maera mengalihkan pandangannya kebelakang berharap dapat melihat fatimah untuk terakhir kalinya,tapi ternyata fatimah sudah tidak ada disana. “…setelah shalat pun dia langsung pergi untuk bekerja…”. Pikir maera.
Maera tersenyum dan melanjutkan untuk berdo’a yang belum sempat dia lakukan. Maera mengangkatkan kedua tangannya dan memulai do’anya, di pertengahan do’a, ketika pandangannya mengarah ke jari-jari tangannya, maera melihat ada yang ganjal pada jari-jarinya. “….astagfirullah, cicin perakku…”.
Dalam hati maera berkata sadar akan keganjalan yang terjadi, cincin perak pemberian pertama rima tak ada di jari manis kanannya. Seketika do’a yang dia panjatkan pun berubah menjadi pertanyaan “ di mana cincin perak itu?”.
Maera pun jatuh tersujud berusaha mengembalikan ingatannya,memohon kepada allah dan berdo’a “ya allah…..di pikiranku tak ada bayangan di mana cincin perakku itu, aku memohon kepadamu berikan ingatan itu kembali,cincin itu amat berharga ya allah. tapi apabila memang kau tak mengizinkan aku bersama dengan cincin itu aku ikhlas…….”. maera diam dengan terus berusaha mengingat. Setelah beberapa lama maera pun mengingatnya…”alhamdulillah…”.
Ucap syukurnya ketika ingat bahwa cincin peraknya tertinggal di kamar mandi tempat penginapannya, ketika hendak berwudhu maera melepas jam tangan dan cincinnya kemudian dia letakan di gantungan dalam kamar mandi itu, setelah selesai berwudhu jam tangannya dia pakai kembali dan sayangnya cincinnya tertinggal.
Maera langsung bangun dan berusaha untuk berlari dengan kondisi tubuhnya yang belum sepenuhnya sembuh. Jarak antara masjid dengan tempat menginap maera yang cukup jauh membuat maera kelelahan di tengah perjalanan maera terjatuh.
Saat itu maera tak hiraukan keadaan tubuhnya yang ada di pikarannya hanya cincin perak pemberian kekasihnya yang dia anggap sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Maera berdiri dan kembali berlari, dia takut cincin itu sudah tidak ada di sana karna itu adalah tempat umum dan dia sudah cukup lama meninggalkan tempat itu.


……^_^…..


“astagfirullah……”. Ternyata benar bahwa cincin itu sudah tidak ada, maera mencoba untuk ikhlas, jantung maera berdegub kencang, seperti seorang yang telah kehilangan belahan jiwanya, dia meneteskan air matanya.
“maera…” panggil seorang rekan di balik punggungnya.” Kamu mencari ini?” ucapnya sambil memperlihatkan benda yang ada di tangannya, ternyata itu adalah cincin peraknya maera. “ alhamdulillah…” ucap syukur maera.” Kenapa bisa ada di kamu?” Tanya maera bingung. “ aku menemukannya di kamar mandi, aku piker ini punyamu karna aku penah melihat kau memakainya, jadi aku simpan..”. jawab rekannya itu. “oooh. Terima kasih ya…” ucap maera..” sama sama…..”. akhirnya maera tidak kehilangan cincin perak pemberian rima, dan maera berjanji pada dirinya akan menjaga cincin itu baik-baik.


# . Dalam Lindungan Al-Qur’an


Seminggu setelah kegiatan Bakti Sosialnya itu maera kembali jatuh sakit. Pagi itu dia berbaring menggigil dikamarnya. Suhu badannya kembali tinggi, dia tak bisa melakukan apa-apa, yang dia lakukan hanya tidur di kamarnya. Rima pun datang dengan cemas ketika mendapati kabar bahwa kekasihnya jatuh sakit.
Sesampainya di rumah maera “ maera kamu kenapa?, badan kamu panas sekali,” ujar rima ketika menyentuh kening maera yang panas tinggi. “ tunggu sebentar,aku akan kembali” ucap rima yang bergegas pergi untuk menyiapkan alat kompres untuk maera.
Rima kembali.”….dari pertama kamu pergi juga aku udah khawatir terjadi sesuatu sama kamu,,,ternyata bener kan, kamu sakit..”. ucap rima saat datang menghampiri maera dengan alat komprsnya. “ setelah aku kompres dan keadaanmu nggak baik juga, kita pergi ke klinik..!” lanjut rima tegas.
Hingga sore datang keadaan maera tidak kunjung membaik, suhu tubuhnya semakin panas, akhirnya rima memutuskan untuk membawa maera ke klinik. Sesampainya di klinik. “…hhhmmm, nggak apa-apa, maera Cuma kecapean, di banyakin istirahat juga insya allah smbuh…”, ujar sang dokter ketika selesai memeriksa maera. “ syukur alhamdulillah, terima kasih dok ” jawab rima.
Maerapun dibawa pulang, dengan beberapa macam obat-obatan resep dari dokter. “ sekarang kamu tidur ya, hari sudah malam…”. Ucap rima. “ terima kasih..” jawab maera singkat. Rima hanya tersenyum mendengar jawaban itu.


…..^_^…..


Setelah rima pulang, maera merasa kesepian, memang yang ada di rumahnya hanya dia seorang. Maera tak juga bisa tidur dan akhirnya maera memutuskan untuk menonton TV.“…..ahh sial kenapa acaranya nggak ada yang seru.” Maera kesal karna sudah satu jam dia mengganti-ganti chanel TV tapi tidak ada yang membuatnya terhibur. Saat maera berpikir untuk mematikan TV. “……anda tau, ketika kita merasa takut akan datangnya ajal, ketika kita merasa terlalu banyak dosa yang di perbuat sehingga membuat kita merasa tak cukup siap untuk kembali pada allah, ketika kita sedang sakit dan merasa ajal itu akan cepat datang, dalam tangis kita, dalam sesal kita, sudah tak ada yang bisa di percaya……al-qur’an…..disana kita dapat jawabannya, disana kita dapat lindungannya……” tiba-tiba terdengar suara dari salah satu siaran TV membuat maera menjadi penasaran. Maera lalu memutuskan untuk menontonnya.
“ dalam al-qur’an ada ayat yaitu 3 ayat terakhir surat al-hasr yang dalam hadist di jelaskan bahwa ayat ini dapat melindungi manusia. Barang siapa membaca ayat ini ketika sore ( ba’da maghrib) maka allah melindunginya sampai pagi,jika dia sedang tertidur lelap lalu malaikat maut mendatanginya untuk mencabut nyawanya, maka dia dalam lindungan allah SWT, dan tergolong orang-orang syuhada, dan barang siapa membaca ayat ini ketika pagi (ba’da subuh ) maka allah melindunginya sampai sore datang, jika malaikat datang untuk mencabut nyawanya pada saat itu maka dia dalam lindungan allah SWT,dan tergolong orang-orang syuhada”. Ucap si penceramah di TV.maera terus focus memperhatikan.
Kemudian si penceramah melanjutkan “ ada sebuah kisah nyata, ini terjadi beberapa tahun lalu. Di sebuah desa terpencil jauh dari keramaian kota. Di sana hidup seorang wanita sholehah, pada suatu ketika dia meninggal dunia. acara penguburannya seperti biasa layaknya seorang muslimah. Waktu berlalu, dua tahun berselang keluarganya meminta agar kuburan wanita itu di pindahkan ke dekat rumah orang tuanya, dan pada saat kuburannya di bongkar, apa yang terjadi, yang seharusnya jenazah itu sudah membusuk tapi ternyata jenazah itu masih utuh dan berbau harum. Semua keluarga terharu dan merasa aneh, timbul satu buah pertanyaan apa kiranya yang telah dia lakukan selama hidupnya??”. Jelas si penceramah.
Lalu si penceramah melanjutkan. “ usut punya usut ternyata selama hidupnya dia selalu berbakti pada suaminya,tak membantah apa yang di perintahkan sang suami, juga yang terpenting adalah dia selama hidupnya selalu mendawamkan membaca 3 ayat terakhir surat al-hasr, di baca setiap pagi dan sore. Selama hidupnya dia dikenal warga sekitar adalah seorang qori’ah dan setiap dia tampil sebagai qori’ah dia selalu membaca ayat ini. Dan itulah yang membuat jenazahnya tetap utuh dan wangi walaupun hampir 2 tahun lamanya…. ”.
Mendengar penjelasan itu maera merasa termotivasi, dan berjanji akan membaca 3 ayat terakhir surat al-hasr, setiap setelah shalat maghrib dan subuh. “huwallahhulladzi laailaahailla huwarrohnanurrohim. Huwallahulladzi laailahailla huwalmalikul kuddusussalamul mu’minul muhaiminul azizul jabbarul mutakabbir, subhanallahiamma yusrikuun.huwallahul hkolikul baariul musowwirul lahul asmaul husna, yusabbihulahu maafissamawati wal ard, wa huwal azizul hakiim…”.
Acaranya selesai, TV di matikan dan kemudian maera memejamkan mata, berdo’a kepada allah agar dia tidur dalam lindungan allah SWT. “…Bissmillahirrohmanirrohim..” ucapan terakhir maerapada akhirnya kemudian tidur terlelap menuju mimpi indahnya.
“….bruuggg…” suara keras terdengar dari arah kamar maera, seperti biasa maera jatuh dari tempat tidurnya kejadian itu membangunkan maera. “…ahhhh, selalu saja seperti ini…” ucap maera mengeluh. Dengan tubuh yng masih sedikit sakit maera kemudian memaksakan diri mengambil air wudhu untuk shalat.
”assalamu’alaikum waroh matullah…”. Ucap salam maera mengakhiri shalatnya. Ketika sedang berzikir seperti yang selalu dia lakukan maera teringat ucapan si penceramah di TV,…”3 ayat terakhir surat al-hasr…”. Kemudian maera membuka al-qur’an dan mencari apa yang telah di sebutkan si penceramah. Setelah menemukannya maera membacanya berulang-ulang, dan dari situlah maera mulai menyukai membaca ayat itu setiap pagi dan sore. Maera berharap apabila dia meninggal dunia, meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, dan tergolong orang-orang yang syuhada seperti apa yang telah di tuturkan dalam hadist yang di jelaskan si penceramah semalam.









#. Sinar Mata Di Bulan Ramadhan


1 bulan kemudian…
“….Marhaban Ya Ramadhan…..”. dari dalam rumah maera terdengar teriak maera dan rima berbahagia karna esok hari sudah mulai memasuki bulan suci ramadhan, berarti besok mereka mulai berpuasa, mereka berdua bersorak dan mengucap rasa syukur kepada allah karna tak terasa bulan yang di tunggu-tunggu setiap orang muslim tiba. “ nanti malam kita sahur bersama ya….umi dan abah mengundang kamu sahur bersama meraka”. Ucap rima dengan senyumnya. “ insya allah…” jawab maera singkat.
Waktu sahur pertamapun tiba maera bergegas pergi menuju rumah rima, di sepanjang jalan maera merasakan kerinduannya terhadap bulan suci ramadhan terobati. “…sahur…sahur….sahur……”. teriak ajakan sahur dari setiap masjid dan musholah yang maera lewati. “….sahur…sahur…..sahur…” ajakan sahur terus menggema. Sesampainya di tujuan “ assalamu’alaikum…” salam maera di balik pintu rumah rima. Pintu belum juga terbuka salam belum juga di jawab…” apa suaraku kurang keras ya, atau mungkin merka belum bangun..?” ucap hati maera. Setelah salam yang ketiga barulah pintu terbuka. “…wa’alaikumsalam…”. Sambut rima. Maera tersenyum lega karna sebelumnya maera telah berpikiran bahwa sahur bersamanya tidak jadi. ..” mari….mari masuk maera..” ajak rima.
Perlahan maera masuk kedalam..” ayo jangan malu-malu..” ucap rima. Kaki mereka menginjakkan di ruangan makan, ternyata umi dan abah rima telah menunggu di sana.” Assalamu’alaikum umi……abah..”. salam maera sopan. “ wa’alaikum salam…” jawab umi dan abah kompak. “ mari duduk maera kita sahur bersama...” ajak umi kepada maera. “terimakasih umi….abah….”. maera pun duduk dan ikut sahur bersama keluarga sederhana itu. Di sela-sela waktu mereka bercengkrama, bercerita tentang hal yang baru, penuh dengan keakraban, canda dan tawa. Hati maera bahagia, hatinya berkata…” ya allah…..terimakasih, aku telah di perkenankan berkumpul bersama mereka, kerinduanku terhadap ayah dan bunda sedikit terobati karna adanya mereka umi dan abah…..terima kasih ya allah…..”.


…….^_^……


Kebersamaan itu berakhir, maera bergegas pergi pulang ke rumahnya tak lupa ucapan salam. “….kapan-kapan kita sahur bersama lagi ya maera…” ujar rima semangat. “….insya allah…” jawab maera. Sesampainya di rumah. Kemudian maera shalat subuh dan setelah itu, kembali mengistirahatkan dirinya karna pagi ini maera ada kegiatan di kampusnya.
“….hari pertama puasa…semangattttt…semangaaaaat….yeeeaah”. teriakan penyemangat maera ketika bangun dari istirahatnya. Seperti biasa maera mandi pagi, dan menyiapkan segala sesuatu yang akan di bawanya ke kampus. Semua sudah rapih, maera siap untuk beraktifitas. “ Jangan Lupa Pintu Dikunci….!!!!”…terlihat ada tulisan peringatan bagi maera yang telah di buat oleh rima semenjak kejadian rima yang masuk dengan mudahnya ketika hendak menyiapkan bekal maera untuk Bakti Sosial karna pintu yang tidak di kunci dengan alasan lupa. Tulisan yang di buat rima yang di temple di pintu sangat membantu maera karna dengan adanya tulisan itu maera tidak lagi lupa untuk mengunci pintu.
Pintu di tutup dan di kunci setelah itu sebelum melangkahkan kakinya maera berdo’a agar di berikan kekuatan karna ini hari pertama puasa. “….bismillah….”, ucapan itu memulai langkah pertama maera. Di tengah perjalanan,dari jauh maera melihat di depannya ada seorang wanita berjilbab putih berdiri, wanita itu melambaikan tangan seolah memanggil maera, tapi benar-benar maera tak mengenalnya. Maera berpikir yang di panggil bukanlah dirinya, mungkin orang lain, maera cuek. Tapi setelah jarak lebih dekat maera merasa ada yang aneh. Hatinya berkata wanita itu dikenalnya. “….maeraaa”. wanita itu memanggil namanya. Maera semakin yakin bahwa dia mengenalnya. Yang membuat maera sedikit ragu adalah wanita itu memakai jilbab sementara maera tak punya satupun teman yang berjilbab.
Langkah kaki semakin membawa maera mendekati wanita itu, dan setelah semakin dekat. “…subhanallah….rima…itu kamu??” ujar maera kaget melihat kekasihnya sekarang telah memakai jilbab. “…dari jauh sungguh aku nggak ngenlin kamu…” lanjut maera. “….mulai sekarang aku memutuskan untuk menutup auratku, aku nggak mau menambah dosaku karna aku selalu memperlihatkan auratku, aku mau berubah, aku mau menjadi wanita yang shalihah, yang di ridhoa allah…” jelas rima.” Alhamdulillah…” ucap syukur maera. “..kamu cantik rima,,,wajahmu cantik…..hatimupun cantik…”. Ucap maera. Rima tersenyum malu mendengar pernyataan maera, rima menundukan kepalanya, bersembunyi di balik jilbab putihnya.ketika rima mengangkatkan sedikit kepala dari persembunyiannya terlihat dua bola mata yang memancarkan sinar sejukan kebimbangan setiap orang yang melihatnya. “….kamu sadar rima….matamu….memancarkan sinar, membuat kesejukan dalam hatiku…”. Maera menggoda. Rima kembali memberikan senyum indahnya.
“ oooiyya ada apa kamu di sini..?” Tanya maera. “aku nunggu kamu” jawab rima singkat. “ nunggu aku?, emang ada apa??”. Maera kembali bertanya. “…eemmmmm,,,ini buat buka puasa kamu nanti….” Jawab rima sambil memberikan vitamin yang di pegangnya kepada maera. “ di minum ya…!!!”. Ucap rima. “…..waahhh…makasih ya…” ujar maera.
Rima begitu sangat penuh perhatian kepada maera, menyayangi maera, mencintai dan penuh pengertian kepada maera kekasihnya itu. Begitu pula maera terhadap rima mencurahkan jiwa dan ragnya untuk kekasihnya rima. Allah begitu baik mempersatukan dua insan manusia dengan penuh cinta kasih, sehingga mereka bisa seperti sekarang. Saling mencintai dengan penuh keikhlasan.
Ketika allah menggetarkan hati yang satu dengan cinta, pasti ada hati yang lain yang merasakannya yang membuat hati mereka mencari-cari sumber kebahagiaan abadi. Dan ketika manusia lupa akan yang maha memiliki cinta maka tak ada cinta baginya. Mencintai dan dicintai hati yang sama hanya bisa dilakukan manusia yang mengakui adanya cinta abadi, hanya dapat dirasakan manusia yang mampu mengikhlaskan hati……., jiwa……, dan raganya…untuk yang maha memiliki cinta…., dengan cintanyalah kita memiliki cinta, dengan cintanyalah kita di cinta, dengan cintanyalah kita cinta.




# . Bukan Hari Raya Maera


Hari demi hari telah terlewat dan akhirnya kini telah menginjak hari yang ke-30, maera semakin semangat menjalani puasa di hari yang terakhir.
Esok hari adalah hari kemenangan bagi seluruh umat islam Hari Raya Idul Fitri, di hari itulah semua umat muslim merasakan kebahagiaan dan kemenangan, namut tak bisa di pungkiri bahwa keharuan dan rasa sedihpun ada karena di hari itu pula umat islam meninggalkan bulan yang suci penuh berkah Bulan Suci Ramadhan.
Ketika senja datang di hari terakhir Ramadhan mulai terdengar lantunan-lantunan Takbir yang menggema di setiap masjid. Yang menyejukan setiap hti orang yang mendengarnya. Memanjakan telinga mencerahkan pikiran.
Dan senja pergi berganti malam“…allahu akbar….allahu akbar…. Walillahil hamd…”. Air mata haru terjatuh di pipi maera ketika mengucap takbir kemenangannya. Tak bisa menahan derasnya air mata yang begitu saja keluar mengalir mengikuti lekuk wajah maera di saat lidah, bibir menari-nari lincah mengucap takbir, di saat hati bergerak menuju ayat-ayat yang menunjukan kemenangan.
Malam itu maera tak henti mengucap takbir hingga saat suara pintu rumah maera terdengar ada yang mengetuk pecahkan ketenangan hati maera yang bertakbir. “..assalamu’alaikum..”. ucap salam dari suara yang tak di kenal maera. Maera segera menjawab salam dan membuka pintu rumahnya. “….al_maera…itu namamu??” Tanya seorang yang tak dikenal maera. “ ya itu aku…ada yang bisa saya bantu??”. Respon maera. “….aku pegri kesini di utus oleh abah, hendak mengundangmu datang kerumahnya besok lusa,,,”. Ucap orang itu. “…itu saja..?”. jawab maera. “…ya…..assalamu’alaikum…”. ucap orang itu yang kemudian langsung pergi pamit meninggalkan maera. “ wa’alaikum salam..” jawab maera singkat.
Malam berganti pagi. Suara takbir semakin menggema. Senyum semakin menghiasi wajah maera. Pagi itu maera langsung pergi ke masjid mengikuti suara takbir yang menyapa telinganya untuk shalat idul fitri di masjid.
Setelah selesai, maera langsung pergi pulang ke rumahnya dan di sanalah maera akan menunggu kekasihnya rima datang ke rumahnya.”….alhamdulillah…” ucap syukur maera, Duduk mengistirahatkan dirinya menunggu kekasihnya datang. Detik berganti menit, menit berganti jam, maera tetap duduk disana di depan rumahnya menunggu sang kekasih datang. “…aneh,,,,kenapa dia tidak kesini?”. Bisik hati maera bingung. “…biasanya dia langsung datang…”. Maera semakin bingung karna lama maera menunggu tapi kekasihnya tak datang juga.
Hingga sore datang rima tak datang juga. Maera mulai kesal terus menunggu. “…hhhhuffttt, cape deh….nga dateng-dateng juga, mungkin besok dia kesini..” ucap maera sendirian. “…oooiyya….besok kan ada undangan disuruh datang sama abah ke rumah, tapi ada apa ya?... ga apa-apa deh yang penting besok sekalian ketemu sama rima….yeeeaahh..” maera kembali bersemangat.
Karna hari sudah larut malam maera memutuskan untuk tidur. Tak lupa sebelum tidur maera pergi untuk shalat isya, yang belum sempat dilakukannya tadi. Dan tak lupa sebelum tidur maera mengucap basmallah. Sebelum mata maera tertutup sepenuhnya “….astaghfirullah….pintu…”teriak maera keras yang langsung membuka matanya terbayang tulisan yang rima buat di pintu ketika itu pula maera teringat bahwa pintunya belum diklunci. “…untung belum tidur..” ujar maera.setelah pintu terkunci maera pergi ke kamarnya dan berbaring memulai tidurnya kembali setelah tadi terganggu oleh pintu yang lupa dia kunci.


…..^_^…..


Pagi datang.“…..on day I wil find you even when you’re not around don’t say we wont last any longer. Or you will find someone better, its you that I’m waiting for, so I’ll wait for you. Take notes that we’ll still have each other… will drive away..”. terdengar suara maera bernyanyi lagu favoritnya di kamar mandi dengan semangat.
Pagi itu maera akan pergi memenuhi undangan abah. Setelah selesai mandi dan merasa dirinya siap. Maera tersenyum dan mengucap do’a. “….hari ini bertemu rima…” ucap hati maera bahagia. Menyusuri….. jalan dengan berjalan kaki dengan suasana hati yang masih berbau hari raya, maera bersemangat.
Ketika sampai di belokan terakhir dekat rumah abah
Hati maera yang awalnya bahagia kini mulai gelisah karna di pinggir belokan itu maera melihat janur kuning terpasang dengan tulisan “selamat datang para tamu”. Langkah maera seketika terhenti, hatinya semakin gelisah. “…apa ini hari pernikahan, tapi siapa yang menikah….apakah rima?...tapi dengan siapa..?” maera gelisah. Maera memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dengan kegelisahannya itu.
Sampailah maera tepat di depan rumah rima. Ternyata benar saja apa yang di khawatirkan maera. Hari itu adalah hari pernikahan rima. Karna tepat di depan rumah rima terpampang nama Rima bersama aby calon suaminya. Di saat itu pula maera tertunduk, air mata maera mengalir deras tak terkendali, kesedihan yang tak bisa di sembunyikan lagi. Belati tajam telah tertanam dalam hatinya dan yang menanamkannya itu adalah kekasihnya sendiri. Di hari itu kebersamaan yang ada terhapus, janji manis untuk menjaga cinta mereka terkianati. Maera tak bisa menyangkal bahwa saat itulah dia merasakan sakit hati yang luar biasa atas kekecewaannya terhadap rima.
Maera tak bisa berkata apa pun, bahkan lidahnya membeku. Yang ada hanyalah suara tangis dari maera. Maera memutuskan untuk meninggalkan tempat itu (rumah rima). Dia mengerti bahwa undangan dari abah itu adalah undangan perpisahan maera dangan rima bukan undangan untuk berjumpa rima. “….ya allah berikan kekuatan untuk ku..” mohon maera ketika melangkahkan kaki pertamanya untuk pergi. “assalamu’alaikum…”. Ucap salam abah menahan langkah maera.”…maera ayo masuk…acara pernikahannya akan segera dimulai, abah mau kau yang menjadi saksi di hari bahagia mereka, kau kan sahabat dekat rima, dan abah sudah menganggapmu sebagai anak abah sendiri…..”. pinta abah. Maera belum mejawab salam dan memmalingkan badannya kea bah. Hati maera semakin hancur mendengar permintaan abah itu. Maera berusaha menyembunyikan kesedihannya itu tapi tak bisa. Itu terlalu sulit.
Abah tak salah mengenai hal ini, abah tak mengetahui kedekatan mereka itu adalah bukan sekedar sahabat biasa melainkan sepasang kekasih. Abah tak pernah menyadari bahwa mereka adalah sepasang kekasih karna maera atupun rima tak pernah cerita sebelumnya mengenai kedekatan mereka.
Maera berusaha menguatkan hatinya, menghapus air matanya, berusaha memenuhi permintaan abah yang kenyataanya memang sulit untuk di penuhi. “….wa’alaikum salam…..insya allah abah..” jawab maera ketika membalikan badan dan mengarahkan pandangannya ke abah.”..kenapa nangis..”..Tanya abah…“..maera terharu abah,,ini air mata bahagia maera di hari bahagia rima abah..”. jawab maera dusta dengan keadaan hatinya.


…….^_^…….


Maera di ajak abah untuk duduk di dekat pengantin yang tak lain adalah rima dan calon suaminya. Maera tak bisa menolak permintaan abah untuk menjadi saksi akad nikah rima dan calon suaminya. Maera duduk di tengah-tengah kerumunan orang yang ingin melihat acara itu, maera duduk di dekat pengantin. Maera tak boleh memperlihatkan kesedihannya itu. Hati maera menangis, hati maera hancur melihat kekasihnya berdampingan dengan orang lain.
Rima hanya tertunduk dengan tersembunyi di balik jilbab putih yang dipakainya,menahan emosinya yang juga tak bisa menahan kesedihannya bercampur dengan rasa bersalahnya kepada maera.
Yang maera sesali adalah rima yang tidak memberitahu kabar ini terlebih dahulu. Kabar pernikahan dia dengan calon suaminya. Hari raya yang bukan milik maera.
Inilah saat-saat terberat bagi maera. Ketika ijab Kabul terucap, maera yang bertindak sebagai saksi dengan hati yang lemah dan lidah yang berat, terpaksa untuk mengucap “..sah..” dari mulutnya menandakan rima telah menjadi istri orang lain yang bukan dirinya.
Kekuatan cinta mereka tak mampu menyatukan mereka. Maera bersedih, semua orang terharu, ketika itu rima pergi meninggalkan semuanya, pergi ke kamarnya, mengunci pintu dan menyendiri di sana, menangis. “….maera…ma’afkan aku,,,aku tak bisa menolak permintaan abah untuk menikah dengan aby, anak dari teman abah….dan lidahku sulit berkata bahwa hatiku ini milikmu ketika aku tatap wajah abah yang aku sayangi….sungguh ini berat untukku….takdir berkata aku bukan untukmu maera…..” ucap rima sendiri dalam kamarnya dengan air mata telah mengalir dipipinya. “…jika saja aku di beri kekuatan untuk berkata tidak kepada orang yng yang paling aku sayangi, mungkin sekarang kita masih bersama maera..” lanjut rima dalam hati.
Langit tak lagi cerah, langit memudar, awan-awan hitam berkumpul di atas atap rumah rima, tempat akad nikah rima dengan orang yang bukan maera di adakan, yang di saksikan oleh maera kekasihnya sendiri. Tak lagi cerah, tak lagi bercahaya, akhir kisah bahagia, akhir yang sulit di terima kedua buah hati yang lama bersatu.


























# . Melati Hitam Dalam D3s@m13er


Maera harus bisa menerima kenyataan ini, harus bisa menerima takdir. Allah telah berkata bahwa rima bukan miliknya, bahwa cintanya harus berakhir. Dan seberapapun usaha maera untuk berontak dari keadaan ini, itu tak menghasilkan apa-apa, ini kehendak allah, manusia tak bisa menolaknya.
Seminggu kemudian……
Saat matahari masih sebagian menampakkan dirinya….
“…harus bisa…., semangat..” ucap maera ketika beranjak dari tempat tidurnya.
Maera tak bisa lama larut dalam kesedihannya. dari kejadian itu maera mulai belajar tentang arti merelakan, menerima apa pun kehendak allah, dan bersyukur kepada allah, Walaupun berat tapi maera harus bisa, itulah janji maera terhadap dirinya.
“….ow iyya,inikan hari minggu, mmmmm…waktunya beres-beres rumah…” bisik maera. Hari itu maera memutuskan untuk tidak kemana-mana melainkan membereskan seisi rumahnya yang berantakan sampai rapih dan bersih.


Semuanya berantakan, mulai dari kamar, depan rumah, dapur, kamar mandi, dan ruang tengah. Maera bingung mau mulai dari mana dia beres-beres, akhirnya dia putuskan untuk membereskan depan rumah terlebih dahulu.

……^_^……..


“….huuuhhhhh….capek juga ya..”maera mengeluh. “…selesai juga….tinggal kamar…” ucap maera kelelahan. Kaki maera langkah demi langkah pelan menuju kamarnya yang masih berantakan. Buku-buku tergeletak di mana-mana, pakaian kotor, guling dan bantal geletak di lantai. “….ya allah…berantakan sekali..” ujar maera menyindir dirinya. Maera duduk sebentar di lantai, meregangkan otot-ototnya yang kaku sambil memunguti buku-buku yang tergeletak satu persatu.
Mata maera terarah pada salah satu buku yang tergeletak di lantai itu. Perhatiannya terfokus pada buku yang bertuliskan “D3s@m13er”. “..dug..dug..dug….” Hati maera berdetak ketika tangannya menggenggam buku itu. Maera semakin tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan buku yang masih misterius itu. Tapi hati kecilnya berkata bahwa buku itu adalah bagian dari hidupnya. Maera lalu memfokuskan pikirannya dan berusaha mengingat-ingat ada apa dengan buku itu dan dirinya.
Kemudian setelah beberapa lama maera berpikir terlintaslah sebuah nama “….rima…” dan barulah maera mengerti ternyata buku itu adalah milik rima dan dirinya. Buku yang seharusnya ada pada rima, namun pada saat setelah acara pernikahan rima abah memberikan buku itu kepada maera.
di dalamnya berisi tentang rima dan dirinya. Tentang kehidupan cinta mereka berdua tertulis dalam sebuah buku yang mereka beri nama “..d3s@m13er..”. dibaca desember. Nama itu mereka ambil dari nama bulan dimana saat cinta mereka di persatukan yaitu bulan desember. Dan mengenai penulisan namanya hanya mereka yang tau.
Maera kemudian memeluk buku itu dengan erat, memejamkan matanya, melayangkan pikirannya terbang bersama buku itu, membayangkan dirinya bersama rima, mengulang kisah-kisah indah bersama rima. Hati, jiwa, dan raganya terbawa oleh buku itu kembali pada rima.
Tak bisa di pungkiri bahwa buku itu mengembalikan ingatan tentang rima belahan hatinya.
Maera melihat buku itu dan menggerakan tangannya membuka lembar demi lembar, membaca dengan penuh perasaan haru,kecewa,bahagia yang bercampur jadi satu.
Halaman pertama tertulis tanggal mereka menyatukan cinta mereka, mengikrarkan bahwa cinta mereka bersatu, mengucap janji untuk bersama setiap waktu, mengkukuhkan cinta yang mereka miliki. dan dihalaman itu pula tertulis cerita maera. di halaman ke dua tertulis cerita rima. Ketika maera hendak membalikan lembar kertas untuk menuju halaman berikutnya, tiba-tiba saja jantung maera berdegub. “….ada apa ini..?” Tanya maera pada hatinya. Dengan tetap mengarahkan jemari membuka halaman berikutnya.
“….subhanallah…”. ucap maera heran di sela-sela lembaran ke tiga itu maera melihat ada sebuah melati hitam yang kering. Maera tak habis pikir bahwa melati itu masih ada. “…seharusnya ini sudah hilang….rima masih menyimpannya..” ucap maera kagum. Maera teringat saat dimana dia memberikan melati itu, saat pertama mereka sepakat untuk memiliki buku tentang mereka “d3s@m13er”.
Lagi dan lagi, mera terus menatap dan memperhatikan bunga melati yang hitam kering. Mengenang masmasa indahnya bersama rima.

……^_^…….


Maera menutup d3s@m13er , menghentikan khayalannya yang membuatnya lupa akan niat awalnya untuk membereskan kamar. Buku itupun dia simpan. Dan itulah yang tersisa dari kisah cintanya yang berharga yang maera miliki.
Maera melanjutkan pekerjaannya, membereskan kamarnya. Mulai dari merapihkan buku, diakhiri mencuci baju kotornya.
“….alhamdulillah, selesai juga….” Semua pekerjaan maera selesai. Waktu mennjukan pukul 01.00, maera memutuskan untuk shalat djuhur terlebih dahulu. “….kkkkrrrrrrr…” terdengar suara keras dari perut maera. “….hhehhe, belum makan..” bisik maera cekikikan. Karna pekerjaannya itu dia sampe lupa untuk mengisi perutnya yang seolah berdemo minta di beri makan, kemudian maera pergi ke dapur untuk memasak mie instant yang ternyata hanya tinggal tersisa satu.
Cukup 4 menit maera memasak mie instant, karena tak kuat menahan rasa laparnya, maera lalu membawa mie instant ke meja makan. “…bismillah…” do’a maera sebelum makan tak lupa di ucapkan
“….tok…tok…tok..” belum sempat maera memakan mie itu terdengar suara ketkan pintu, mie yang sudah hampir sampai kemulutnya dia kembalikan ke mangkuknya. “….assalamu’alaikum..”suara salam yang terdengar setelah ketukan pintu. Maera bangun dari tempat duduknya dan beranjak membuka pintu, berjalan sambil menjawab salam.”..ya sebentar..” ucap maera keras.
Pintu terbuka, di balik pintu maera melihat ada seorang anak berkerudung, bajunya sobek-sobek, kusam, wajahnya penuh dengan debu, “...pengemis..”pikir maera.
Tapi maera seolah kenal dengan anak itu.”..ka, apakah ada pekerjaan untukku, sehingga kau berikan sedikit imbalan untukku..” ucap anak itu. “…kau tidak mengemis..” ujar maera polos. “…selama tangan dan kakiku masih bisa di pergunakn untuk bekerja, akan ku lakukan, aku tak mau mendapat uang dari hasil mengemis..”. jawab anak itu. “….tunggu sepertinya aku mengenalmu….”. ucap maera singkat, memejamkan mata untuk mengingat. “….fatimah…itu namaku..” ucap anak itu. “…iya fatimah…” maera senang karna telah mengingatnya. Fatimah seorang anak yang ditemuinya ketika sedang mengikutu kegiatan Bakti Sosial yang di adakan kampusnya di luar kota.
“….baik, ada pekerjaan untukmu…tapi sebelum iu kau makan dulu mie yang sudah ku buat..”. ucap maera, memberikan satu-satunya mie instant yang tersisa yang di buatnya tadi.
Maera mempersilahkan fatimah masuk, dan memakan mienya itu, sementara fatimah makan, maera mengambilkan segelas air minum. Maera meninggalkan fatimah sendiri di meja makan dengan alasan dia pergi untuk mempersiapkan pekerjaan untuk fatimah. Dari kejauhan maera memperhatikan fatimah makan. Maera simpati melihat fatimah karna cara fatimah makan yang lahap seperti sudah lama tak makan.
Fatimah pun selesai makan dan maera mendatangi fatimah. “…apa pekerjaan untukku….?” Tanya fatimah. “…pekerjaanmu adalah pekerjaanmu juga sebagai seorang muslim, yang dosa hukumnya jika di tinggalkan….shalat,itu pekerjanmu, aku tau dengan keadaanmu seperti ini tentu kau belum shalat dzuhur kan?...untuk itu aku sudah siapkan pakaian bersih untukmu dan mukenanya, kita shalat berjama’ah..” ajak maera. “…iya..aku belum shalat dzuhur..”jawab fatimah. Merekapun pergi berwudhu dan shalat berjama’ah. Maera menjadi imam.


……^_^……


“…assalamu’alaikum…” ucap salam maera mengakhiri shalatnya di susul oleh salam fatimah. Mereka bersalaman dan berdo’a yang dipimpin maera. Setelah semuanya selesai maera meminta fatimah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada diri fatimah. Fatimahpun mencertakan semuanya kepada maera. “…jadi kau di culik dan di bawa ke kota ini, dan kau melarikan diri dari penculik itu..” tanggap maera ketika fatimah selesai menceritakan yang sebenarnya terjadi. “…ya sudah besok pagi insya allah aku akan mengantarmu pulang, pasti orang tuamu mengkhawatirkanmu…” ajak maera. “…benar ka…alhaamdulillah..”. fatimah bersyukur mencium tangan maera yang sudah di anggapnya sebagai kakanya dan memeluk maera. Keesokan harinya maera mengantarkan fatimah ke tempat asal fatimah. Dan di sanalah pertemuan terakhir mereka. Fatimah mengucapkan terima kasih. Maera tersenyum. Hadirnya fatimah di kehidupan maera membuat maera mengerti arti perjuangan dalam menjalani hidup, berbagi, bersyukur dan membagi cinta kasih kepada sesama. Fatimah mungkin masih anak-anak namum dia telah memiliki perasaan besyukur terhadap hidupnya yang sempurna, menjadikan dirinya sebagai anak yang menjadi kebanggaan setiap orang yng mengenalnya. Perkenalan singkat maera dengan fatimah membuat maera semakin ingin dekat dengan allah tuhan semesta alam.


















# . Teman Kecil


Dalam perjalanan pulang setelah mengantar fatimah maera menyempatkan diri untuk mampir ke rumah ola temannya.
Di depan rumah ola “…hai ola….apa kabar..wahh canik sekali kamu hari ini..hhehhe?” Tanya maera yang sebelumnya di awali dengan ucapan salam. “....ehh..maera kabar baik..kamu sendiri apa kabar?, waahh tumben kamu main… ada apa nih…”. Jawab ola yang langsung bertanya balik. “sehat…aku mau kamu mendengarkan ceritaku…ya aku ngga tau lagi mau cerita sama siapa..”. ucap maera bermaksud untuk menceritakan semua hal yang telah dia alami kepada ola temannya, maera hanya ingin meringankan bebannya walau sedikit dengan cerita masalahnya. “….eemmm kebetulan…” ujar ola. “…kebetulan apanya?” Tanya maera. “... aku punya temen, mungkin dia bisa Bantu kamu, dia itu pendengar yang hebat lho..dan saran-saran dari dia di jamin bisa buat kamu semangat lagi deh..”. jawab ola.
“…ola..siapa yang datang?..” terdengar suara seorang wanita dari arah dalam pintu rumah ola.”…nahh kebetulan dia ada disini..” ucap ola sambil menunjukan jari telunjuknya ke arah suara itu.
Ketika pintu terbuka terlihat seorang wanita cantik,”….naysa..itu kamu..”. ucap maera mengetahui bahwa wanita yang di maksud ola adalah er_naysa maherda teman kecil maera. Maera, ola dan naysa adalah teman sewaktu masih uduk di sekolah dasar. Namun setelah lulus mereka berpisah. Sejak saat itu maera tak pernah mendengar kabar tentang naysa, sebaliknya maera dengan ola masih berkomunikasi walaupun tidak sering.
“….al_maera artalys..ya ini aku er_naysa maherda.. “ jawab naysa. “..tak menyangka bisa bertemu kamu di tempat ini..” ucap maera. Naysa hanya tersenyum manis kepada maera seolah memberi jawaban dengan senyumnya itu. “….nay…si maera teman kita ini katanya sedang punya masalah, tadinya dia mau crita sama aku, tapi aku menolaknya, aku pikir mending sama kamu yang lebih bisa ngasih solusi yang oke oke..” ucap ola panjang. Naysa hanya tersenyum. Maera merasa malu karna ola terlalu blak-blakan menceritakan dirinya kepada naysa. Ola terus menggoda maera karna ola mengetahui bahwa maera pernah menaruh hati kepada naysa waktu kecil. Muka maera terlihat memerah karna terus-terusan di goda ola. “…sudah-sudah…ola… cukup..” pinta naysa yang mukanya juga memerah karna merasa malu.
Lama tak bertemu maera maupun naysa masih malu-malu untuk ngobrol. “…aku tingalkan kalian berdua ya” ucap ola yang pergi kedalam rumahnya meninggalkan maera dan naysa berdua di teras depan rumah ola. Setelah ola pegi suasana semakin sepi. Karna masing-masing dari mereka hanya diam, tak mengucapkan kata-kata apa pun.
“..apa kabar?” Tanya maera memecah keheningan mereka yang cukup lama itu.”..baik..kamu?”..ucap naysa..”alhamdulillah..baik..”jawab maera. Dan setelah itu barulah suasana menjadi cair tidak kaku. Mereka berdua berbagi cerita tentang masing-masing dari mereka, bercerita tentang kegiatan masing-masing, hobi mereka, kesukaan mereka. Semuanya di perbincangkan. Hingga waktu sore datang mereka tetap asyik ngobrol berdua. Berbagi tawa dan canda. Itulah untuk pertama kalinya maera bisa tertawa lagi, merasa dirinya bahagia setelah kepergian rima. Pertemuannya dengan naysa menutup sdikit luka di hati maera. Pertemuan singkat itupun berakhir. Tapi maera belum sempat bercerita mengenai masalahnya.
Maera pamit pulang kepada naysa yang malam ini menginap di rumah ola. “…emm gimana minggu depan kita kumpul di ruahku…ajak semua teman-teman kita…” ucap maera kepada ola dan naysa ketika hendak pulang..”…deal..”. jawab ola tersenyum. “…tau deh yang belum puas ngobrolnya sama naysa…”. Ola menggoda . “hhehhe…” maera hanya tertawa.


……^_^……


Seminggu kemudian maera bersiap-siap menunggu teman-temannya datang. Satu per satu temannya mulai datang. Mulai dari odie rivalnya waktu kecil, 10 menit kemudin ola bersama naysa datang. Ternyata hanya 3 orang teman maera yang datang. amy, eza, ayie, abe dan teman-temannya yang lain tak datang.
Maera mempersilahkan mereka untuk duduk manis sementara maera menyiapkan minum dan makanan ringan.
“…taraaaaaa,, minuman datang..” ucap maera menghampiri ola,naysa, dan odie yang sedang duduk santai. “…waahhhh..merepotkan…keluarin yang ada maera..hhehhe.” ucap odie bercanda. “..yyyeeee,,dasar odie..ga di kasih makan ya dirumah…” saut ola sewot. “..hhmmm….sudah…sudah..” ucap maera.
Mereka kemudian berbincang-bincang, membicarakan hal-hal menurut mereka menarik untuk di bicarakan. Hingga siang datang mereka masih asyik duduk berbincang. “….maera, setelah ini kita ngapain lagi ya?” Tanya ola. “mmmmm….bagaimana kalo makan siang, tapi masak sendiri, gimana?”.ucap maera. “…setuju..” jawab odie. “tapi yang masak para wanita ya, aku sama odie nunggu makannya aja..bahannya ada ko di dapur..” ucap maera. “..lebih setuju..”saut odie. “…huuhhh odie maunya..” ucap ola. Ola dan naysa pergi ke dapur untuk memasak sesuatu buat mereka ber empat.
“..makanan siap….”ola dan naysa datang dengan empat piring nasi goreng yang mereka buat. “….emmm…harum ya..pasti enak..” ucap odie. “....tapi kalo ga enak jangan protes ya” ucap ola. “ ya…..ya…ya…” jawab odie. Merekapun menghabiskan nasi goreng yang ola dan naysa buat.
“….alhamdulillah…enak juga ya..” ujar maera selesai paling pertama. “….hehehe…makasih..” jawab ola narsis.

……^_^……

“mumpung masih libur kuliah, jalan yuk..” ajak odie di tengah keheningan mereka ketika selesai makan. “…kemana..?” ucap maera. “…eemmm..ke rumah nenek ku…” jawab odie. “…nenek van hag..” saut ola. “…bukan nenek van hag tapi nenek asih…” jawab odie protes. “..yeee tapi kan nenekmu itu lebih suka di panggil nenek van hag,,, karna rambutnya yang pirang itu…hihi” ucap ola. “…ya terserah deh..” saut odie. “….ya sudah…sepakat besok kita ke rumah neneknya odie..” ucap maera melerai percekcokan ola dan odie. “…kamu gimana nay…bisa?” Tanya maera. “…iya..” jawab naysa singkat.
“…kita kumpul di stasiun….ok..” ucap odie. “…siap..”. jawab ola. “..Cuma kita berempat aja?” Tanya maera.”…..nanti aku ajak abe…insya allah dia bisa ikut..” jawab odie..”…oke..kalo gitu besok jadi ya..” ucap ola. Mereka sepakat untuk pergi ke rumah nenek odie besok pagi.
# . Rumah Nenek Van Hag


Maera tiba di stasiun lebih awal “….odie mana yang lain..?” Tanya maera kepada odie yang baru datang. “….ga tau ya udah kita tunggu ja…..” jawab odie.
30 menit mereka tunggu abe,ola dan naysa. “…ya udah odie sana beli tiketnya dulu….beli 5..” ucap maera. “…ok..” jawab odie yang langsung ikut dalam antrian untuk beli tiket.
“…Yang lain mana?..” Tanya abe mengagetkan maera di tengah keramaian di stasiun. “…abe…ngagetin aja,,huhhh kirain siapa..” ucap maera kaget. “…odie lagi beli tiket, kalo ola sama naysa belum datang..” ucap maera melanjutkan. “…owhh..” jawab abe singkat.
Odie menyelesaikan antriannya dan langsung mendatangi maera yang bersama abe dengan membawa tiket. “…naysa sama ola mana?” Tanya odie. “ mereka belum datang juga..” jawab maera singkat.
Kereta yang mereka tumpangi akan segera berangkat namun naysa dan ola belum juga datang. “…gini deh…supaya kebagian tempat duduk…abe kamu sama maera langsung masuk ke dalam kereta, biar aku yang nunggu mereka di sini..” ucap odie kepada abe..”..ok…gerbong ke dua dari belakang ya..” jawab abe langsung masuk ke dalam kereta dengan menarik maera ikut bersama abe.
Maera dan abe mencari bangku yang masih kosong. Gerbong pertama dari belakang sudah penuh. Tepat sekali dugaan abe. Maera dan abe masuk gerbong selanjutnya, dari situ tak ada bangku yang kosong.”….ahhh sial..” ucap abe menghapus keringat di dahinya. “..masih ada..” ucap maera melepas kekesalan abe menunjukan jari telunjuknya mengarah ke bangku yang terlihat masih kosong. Mereka berlari dan tanpa berpikir panjang langsung menduduki bangku itu. “….hhhuufftt..” keluh abe. “..syukurlah masih ada yang kosong, cukup untuk berlima…” ucap maera.
Waktu semakin siang, naysa dan ola belum juga datang. Maera melihat ke luar jendela. “…apa mereka ngga ikut..” ucap maera dalam hati. “…..maera lihat mereka sudah datang..” abe memukul pundak maera memberitahu bahwa odie datang bersama ola dan naysa. “….ma’af ya dah buat kalian nunggu..” ucap naysa dengan swetter hitam yang dia pakai. “…yuap..ngga apa-apa..” jawab abe tersenyum. Merekapun duduk di tempat yang sudah di persiapkan. “..ayo silahkan duduk” ajak abe “..ya…makasih ya..” jawab ola. Di tengah padatnya penumpang kereta hari itu membuat mereka lelah. Ola asyik membaca buku, odie sibuk dengan tahu sumedang yang di belinya,abe tertidur lelap, naysa asyik mendengrkan musik dari handphonenya, sedangkan maera di dunia khayalnya.
Menyadari bahwa maera melamun, naysa menegurnya. “..heii…ada apa denganmu?..”. “….ngga apa-apa,,,lagi teringat masa kecil aja, dan kita bisa kumpul bersama seperti ini lagi seperti dulu…” jawab maera. “…ohhh…” singkat naysa. Mulai dari situ mereka berdua terbawa ke dalam obrolan mereka yang panjang. Dengan tidak memperdulan sekeliling mereka. Sepanjang perjalanan mereka berbagi canda dan tawa, suka dan duka. Keakraban yang belum pernah mereka tunjukan sebelumnya.


……^_^…..


Setelah melalui perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, tibalah mereka berlima di rumah nenek odie, nenek asih atau nenek van hag. Rumah yang unik, tembok berwana putih dengan hiasan patung dua prajurit perang terpasang di depan pintu rumah, jendela yang besar menjulang tinggi di lantai dua, sejuk sekali suasana di rumah nenek asih. “…assalamu’alaikum…” salam dari mereka berlima kompak. Sampai tiga kali salam belum juga ada yang menjawab. Setelah beberapa lama “…wa’alaikumsalam…’ jawab nenek menyambut tamu istimewanya.”….wahhhh…anak-anak sudah datang ya…” sapa nenek. “…odie emang kamu bilang kita mau kesini…?” Tanya abe. “…ya,,sebelumnya aku telepon nenek..” jawab odie. “…wahh,,,cantik dan tampan ya temanmu ini” ucap nenek kepada odie. “…makasih nenek van hag..” jawab ola. “…iihhh..ola..bukan nenek van hag, tapi nenek asih…” odie protes. “….ola benar odie, nenek van hag…” saut nenek cekikikan. Nenek odie lebih suka di panggil nenek van hag ketimbang nenek asih nama aslinya, menurut dia sebutan nenek van hag itu lebih keren. “…tu kan bener…weee” ola meledek. Odie pun tertunduk malu dan kesal. “…sudah,,,jangan ribut, kayak anak kecil aja…” ucap abe. Naysa dan maera hanya bisa tersenyum melihat kelakuan teman-temannya yang seperti anak kecil itu.
“…. Nah…ayo silahkan masuk..,odie ajak teman-temanmu…”ucap nenek. “..iya nek..” jawab odie. Mereka lalu masuk ke dalam rumah yang sederhana tapi unik milik nenek van hag itu. “….waoww…keren ya…luarnya unik dalemnya lebih lagi..” ucap abe. “….setuju….setuju…” lanjut ola. Mereka di ajak ke kamar tamu karena niatnya mereka mau menginap barang dua malam. “…ola kamarnya di atas ya, sebelah kamar nenek, kamu berdua sama naysa” ucap odie. “….dan kau maera kamarmu di depannya kamar ola dan naysa ya..kamu sama abe” lanjut odie. “ terus kamu dimana odie?” Tanya ola. “ aku ya bareng sama mereka para pejantan-pejantan tangguh, abe dan maera…hehehehe” jawab odie cekikikan. “ oke deh…” singkat ola. Mereka kemudian naik ke lantai dua masuk ke kamar yang telah di tentukan tadi oleh odie. “….selagi kalian beres-beres…nenek siapkan makan siang buat kalian” teriak nenek meninggalkan mereka berlima.
“nenek, gimana dah siap belum makanannya. Kita dah pada laper nih” ucap odie menghampiri nenek dengan teman-temannya. “udah, ayo sini” ajak nenek. Mereka kemudian makan bersama. Akrab sekali kebersamaan mereka. Setelah selesai makan maera pergi keluar. “semuanya, duluan ya” ucap maera. Maera duduk di teras rumah nenek van hag. Memandani setiap sudut di langit yang tak berbintang. Sepi sekali. “hei. Maera kamu lagi apa?” Tanya naysa memecah keheningan. “biasa lagi pandangn langit” jawab maera. “oeya keinget omongannya ola ni, waktu dirumahnya tempo hari. Katanya ada yang mau kamu certain. Kemarin-kemarin kan belum sempat cerita” ucap naysa. “oh, itu” maera mengambil nafas dan melanjutkan omngannya. “rima. Dia nama kekasihku. Tapi dulu, sekarang dia udah jadi milik orang lain. Dia menikah dengan laki-laki lain. Dulu kita akrab sekali, dia yang selalu temani hari-hari aku yang sepi sepeninggal ayahku. Aku sayang banget sama dia. Tapi takdir berkata lain. Dia ninggalin aku nikahin orang lain”. Jelas maera. “kamu diem gitu aja” ucap naysa. “ aku nggak bisa apa-apa. Dia di jodohkan orang tuanya. Orang tuanya belum tau kedekatan aku sama dia itu lebih, mereka hanya tau aku ama dia hanya sebatas sahabat. Terlebih lagi, waktu pernikahan dia aku yang di minta orang tuanya menjadi saksi ikatan pernikahan dia sama laki-laki lain itu”. Jelas naysa. Air mata pun tak dapat di bendung, mengalir begitu saja membanjiri pipi maera. “maera. Ma’afkan aku” ucap naysa. “nggak apa-apa”. “maera kamu tau tentang hujan” terlontar pertanyaan dari naysa “hujan, memang ada apa sama hujan” maera balik bertanya. “hujan, ada dua kesimpulan. Pertama, hujan bisa buat kita bahagia, kenapa, karna hujan akan menyuburkan tanah-tanah yang tandus dan kering, tanah yang menjerit karena kekurangan aur dengan tiap tetesannya. Kedua,hujan bisa buat kita sedih, kenapa, kaerna hujan akan membanjiri dan merusak jika turunnya di tempat dan di waktu yang kurang tepat” jelas rima pamjang. “apa kamu mendapatkan sesuatu dari penjelasanku ini” Tanya naysa. “terima kasih nay, aku sekarang mengerti. subhanallah…naysa kamu sungguh luar biasa. Semoga hujan yang aku adalah hujan yang buat tanah yang gersang menjadi subur” ucap maera. “amin” jawab naysa. “kamu tau maera, orang bijak bilang seringkali kesusahan atau kesedihan itu membawa kebahagiaan. Dan harusnya kamu bersyukur dengan adanya kesedihan itu, kenapa, Karna nanti kamu pasti bahagia” ucap naysa. Satu persatu, perlahan mulai terungkap rahasia-rahasia dari pribadi masing-masing dari mereka. Lagi dan lagi naysa terus memberikan pelajaran tentang kehidupan kepada maera, dan sebaliknya maerapun acapkali mengajak naysa untuk belajar hidup dari alam.
Ada satu hal yang membuat maera tersenyum kala itu, untuk pertama kalinya naysa membuka hati dan dirinya untuk berbagi kepada maera. Dalam hati maera berkata “ya allah, sungguh ajaib luar biasa, belum lama ini hamba larut dalam kesedihan, dan engkau datangkan naysa sebagai pelunak hati hamba yang kaku ini. Hamba bahagia ya allah. Terima kasih” sambil terus menatap naysa.
Di tengah perbincangan mereka “dugh….dugh…dugh” terdengar suara jantung maera berdegub kencang. “ada apa ini, apa rasa itu kembali lagi” maera berkata seorang diri. Mendengar perkataan itu, naysa berkata. “rasa apa, kembali lagi, apa maksudnya”. “ohh, nggak ko, bukan apa-apa” jawab maera dengan senyumnya. Ternyata benar adanya, perasaan itu kembali, rasa sayang terhadap naysa yang dulu tenggelam kini kembali timbul ke permukaan. Dan menjadi-jadi setelah sekian tahun menghilang.
Naysa sungguh luar biasa, naysa jadi nafas baru untuk maera, malam yang tak henti-henti itu kini menjadi siang yang cerah lengkap dengan kicau burung yang bernyanyi. Tanah yang tandus kini menjadi subur. Keceriaan hati maera tak terlukiskan, bahkan lukisan taman bunga sekalipun, yang bunganya bermekaran dihinggapi kupu-kupu cantik dan angin yang berhembus lembut. Inilah cinta, maera menemukan cintanya kembali. “nay, makasih ya. Karna kamu sekarang aku bisa tersenyum lepas tanpa beban” ucap maera halus. “sama-sama maera, aku juga senang, karna kamu di sini, hari ini jadi lebih berkesan” ucap naysa. Maera tersenyum mendengar jawaban itu.
Kebersamaan itu membuat maera dan naysa menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Hingga larut mereka berdua saling berbagi kisah dan pengalaman masing-masing. Apa saja yang telah mereka lakukan selama tak bertemu.
“dah malem nay”ucap maera
“iyya”
“kamu dah ngantuk?”
“sedikit” sambil menggigit kerah bajunya. Naysa terlihat kedinginan
“lain kali kalo keluar malem-malem, pake sweter” tegas maera sambil memakaikan sweter yang dia milki ke tubuh naysa yang kedinginan yang duduk di sampingya. Naysa begitu sumringah dengan perlakuan maera terhadapnya yang begitu penuh perhatian “makasih’ ucap naysa.
Setelah beberapa lama mereka mengakhiri pembicaraan mereka dan masuk ke dalam rumah. Menghampiri nenek van hag dan teman-teman lain yang sedang asyik menonton TV di ruang tengah. Maera dan naysa ikut bergabung.
“ekhemm, ada yang kasmaran nih” ola menggoda
“apaan sih” jawab maera malu
“nay, dari dulu tuh maera mau ama kamu”
“odie…udah deh” maera kesal
Nenek dan abe ikut tertawa dan naysa tersenyum melihat maera yang salah tingkah.

…..^_^….

Di pagi yang cerah. Kicau brung yang bernyanyi indah. Enbun yang mulai memudar. Suara dari aktifitas yang mulai terdengar gaduh memperingati mereka bahwa hari inilah saatnya mereka besiap untuk pulang. Odie, ola, abe, maera, dan naysa bersiap-siap untuk kembali pulang karna liburan mereka sudah selesai. Walaupun hanya beberaa hari di rumah nenek van hag tapi banyak sekali pengalaman yang membuat mereka tak lupa akan kebersamaan mereka di rumah nenek van hag yang unik. Pengalaman yang mengeratkan tali persahabatan mereka. Tak lama tapi cukup membuat mereka sadar indahnya bersahabat.


# . Air Mata Surgawi

Dari rumah nenek van hag mereka pulang dengan menaiki kereta seperti halnya ketika mereka berangkat. “ dah..nenek..” ucap odie melambai-lambaikan tangan kea rah nenek di jendela kereta yang mereka naiki. Nenek tersenyum.
Seperti biasa suasana di dalam kereta begitu pengap, berdesak-desakan. Untung saja mereka datang lebih awal, jadi masih kebagian tempat duduk. Maera duduk bersama naysa, sedang abe, ola dan odie duduk didepan maera dan naysa. Di tengah perjalanan mereka saling bercengkrama. Tertawa terbahak-bahak, salig ejek. Lucu memang orang yang boleh di sebut sudah dewasa seperti mereka mengejek satu sama lain, tapi suasana seperti itulah yang dirindukan mereka. Karna sama seperti dulu waktu mereka masih duduk di sekolah dasar. Tak lain hal itulah yang paling sering mereka lakukan di tengah- tengah kegiatan belajar mereka di sekolah.
Cukup jauh memang jarak yang di tempuh, hingga pada saat mereka merasa lelah, satu persatu mereka tetidur. Odie terlihat lelap sekali, ola menutup mukanya dengan buku menyembunyikan wajah tidurnya, dan abe juga tidur. Saat itu hanya maera dan naysa yang tidak tidur. Mereka berdua tetap asyik mengobrol.
“maera” tegur naysa yang melihat maera bengong
“kenapa, masih memikirkan rima?” lanjut naysa
“enggak, aku tak habis piker aja dengan asibku”jawab maera.
“dalam kehidupan itu pasti ada yang namanya ME dan DI”
“maksud kamu apa nay?”
“kita harus menerima itu, karna kita hidup pasti mengalami ME dan DI”
“aku nggak ngerti nay”
“menyakiti, menyayangi, mencintai dan disakiti, disayangi, dicintai. Sedang kamu merasa hanya menyayangi dan disakiti suatu saat nanti pasti kamu akan merasakan disayangi dan menyakiti, dan kamu harus bisa terima itu” jelas naysa
“jadi menurutmu, suatu saat nanti semuanya akan berbalik, gitu?”
“ya, kurang lebih seperti itu” naysa tersenyum
Maera membuang pandangannya kearah jendela kereta yang ada di sampingnya, mencoba memahami lebih lagi penjelasan dari naysa. Naysa membuang nafas dan menyandarkan kepalanya ke bangku kereta.
“nay, coba kamu lihat ke luar jendela, di sepanjang jalan pemandangannya indah sekali. Kalo terus mandangin itu, hati rasanya sejuk” ujar maera.
“dan semua penyakit itu ada obatnya, seperti kau sekarang ini maera” jawab rima
“iya” singkat maera.

…….^_^…….


“alhamdulillah, odie,ola,abe bangun!” ucap maera keras. “udah sampe nih” lanjut maera.
“emmmm. Hhhuuaahhh”abe menguap. “abeee, kebiasaan deh” ucap ola yang baru sasja membuka matanya, kemudian di susul odie.
Mereka kemudian turun dari kereta. Hari sudah malam ketika mereka tiba kembali di stasiun tempat mereka sebelumnya berkumpul.
“ya sudah aku pulang duluan ya, mmmm sebelumnya makasih. Semoga lain waktu kita bisa berkumpul seperti ini lagi” ucap abe bergegas pergi bersama odie pulang ke rumahnya yang tak jauh dari stasiun. “Lantas kalian bagaimana, aku sudah ada yang jemput. Tuh lihat ayahku di sana” ucap ola mengangka telunjuknya menunjuk kea rah sang ayah yang tengah berdiri di ujung lorong stasiun. “ya udah nanti aku anter naysa pulang” jawab maera. “oke deh, duluan ya nay” ucap ola melambai-lambaikan tangannya dan bergegas pergi.
“aku antar nggak apa-apa ya”ucap maera
“duuh,nggak merepotkan”jawab naysa
“nggak ko, ya”
“ya udah”
Naysapun menerima tawaran maera, jarak antara stasiun dan rumah naysa jauh, tapi cukup di tempuh dengan berjalan kaki, sama halnya dengan rumah odie dan abe, juga ola. Sedang naysa berbeda arah. Tak ada angkot yang melintas, jadi mereka berjalan kaki.
Mereka menyusuri jalan di tengah dinginnya malam. Lampu-lampu malam dan jeritan jangkrik menemani perjalanan mereka.
“masih suka pandangin bulan dan benda langit lainnya kalo malam datang?”tanya maera.
“iya” jawab naysa
“masih suka warna merah?”
“iya”
“masih benci pink?”
“iya”
“bunga garbera, masih?”
“sangat”
“emmmm”
“kau tau semua itu maera,tapi bagaimana bisa?” Tanya naysa.
“hehehehe,” maera hanya cengengesan.
Naysa kaget mendengar semua pertanyaan maera. Naysa tak menyangka maera tau hal itu. “dari mana maera tau semua hal itu” gumam naysa.
“stop, sampe sini aja” naysa menghentikan langkah mereka. “rumahku sudah terlihat” ucap naysa. “oh, oke. Makasih ya untuk hari yang menyenangkan, aku nggak akan lupa hari ini” ucap maera. “iya, aku juga” jawab naysa. Mereka bersalaman sebagai tanda perpisaha. Entah mengapa setelah tangan mereka di turunkan masing-masing dari mereka terdiam, tak ada sedikitpun kata-kata yang terucap dari mulut mereka. Mereka hanya saling menatap satu sama lain. Tatapan maera begitu tajam, matanya terus-menerus melihat kearah mata naysa, dan merasakan begitu dekat hatinya dengan naysa. Naysapun sama halnya dengan maera, kini apa yang di takutkan naysa terjadi, tapi dia terus menatap maera.
“ya allah, inikah kebahagiaan yang kau persiapkan untukku, walau sesaat bersamanya kebahagiaan ini terasa selamanya. Rasa yang kau berikan begitu dalam, cinta itu telah kau berikan” suara hati maera berbicara. Maera seolah tenggelam ke dalam mata naysa, indah tak dapat terlukiskan. “assalamu’alaikum” ucapan salam naysa, memecah suasana tenang itu. “wa’alaikum salam” jawab maera. Naysapun membalikan badan dan melangkah perlahan meninggalkan maera.
Maera kemudian bergegas pulang. Senyum yang tersirat di wajah maera. Terlihat kebahagiaan yang amat dalam yang di rasakan maera. “nay cinta ku kembali, dan berlabuh padamu”gumam maera.
Perpisahan ini merupakan awal untuk seorang al maera artalys karna cinta yang dia rasakan, keindahan cinta yang allah berikan, mata itu membuat maera yakin dengan cintanya. Maera mabuk karna cawan yang naysa tuangkan untuknya. Dia tak peduli naysa tau atau tidak dengan kehadiran cintanya itu, karna maera meyakini semua itu tak akan merubah semua keadaan.
Cintanya kepada naysa sungguh berbeda dengan cintanya untuk rima “aku tak ingin kau menjadi miliku nay, hingga allah berkata kau milikku, tapi cintaku berdo’a agar allah mengizinkan aku bersamamu. Karna cintaku bukanlah milikku, cintaku milik sang maha memilki cinta. Pertemuan singkat ku denganmu membuat aku sadar bahwa cinta memang indah, dan tak ada yang tersakiti oleh cinta. Bila ada itu bukanlah cinta, semata hanya nafsu. Karna cinta milik allah, dan akan di berikan allah kepada orang-orang yang mau memelihara cinta dalam dirinya dan hatiku sepenuhnya berkiblat padamu” gumam maera.


…….^_^……

Hari barupun datang, terlihat keceriaan maera di setiap langkah-langkahnya. Yang di lakukan maera di penuhi dengan naysa. Setiap orang yang bertemu dengannya selalu dia ceritakan mengenai naysa. Memuja kecantikannya dan memuji kebaikan hatinya. Di sela waktu luang aktifitasnya, ketika rasa rindu datang dia selalu mencurahkan isi hatinya kepada selembar kertas putih yang di tuliskan puisi-puisi di tunjukan untuk naysa.
Satu hal yang maera tau saat itu adalah rasa cintanya kepada naysa dan hanya ada satu nama yang allah penuhi dalam hati maera “er naysa maherda”. allah memang baik kepadanya karna telah menjadikan hatinya di penuhi naysa, yang membuatnya tersenyum bahagia menjalani hidup. Walaupun maera tak pernah berdo’a untuk perasaannya, tapi maera selalu bersyukur dan berdo’a untuk naysa. Ketika rasa rindunya datang bintang dan suasana malam selalu menemaninya, berharap sang bintang menyampaikan salam rindunya kepada naysa. Jasad naysa jauh adanya, tapi sosoknya menyatu dalam raga maera.
Ketika rasa rindu yang amat besar datang, air mata mengalir, membanjiri lautan rindu. Lautan yang haus akan pertemuan. Di saat itu rasa panasnya sinar matahari pun tak akan terasa. Dinginnya malam tak akan merubah apa-apa. Pikirannya penuh dengan nama naysa, hatinya terus berkata nama naysa. Jantungnya
Di sisi lain, seorang wanita termangu menatap kosong segelas air putih yang di genggamnya di kamar yang di penuhi pernak pernik warna merah. naysa tengah kebingungan akan perasaan yang dia alami, perasaan yang muncul ketika matanya di hadapkan dengan mata maera. Perasaan yang tiba-tiba mengikutinya, yang selalu meracuni pikirannya. “apa yang tengah aku rasakan ini, ya allah berikan petunjukmu” gumam naysa. Naysa sangat tak mengerti apa yang telah terjadi pada dirinya. Pertemuannya dengan maera membuatnya merasakan sesuatu yang aneh yang terjadi pada hatinya. apakah perasaan cinta atau hanya kekaguman semata. “astaghfirullah” ucap naysa. Naysa kemudian teringat masa-masa ketika dia masih sekolah di sekolah dasar, masa-masa yang mengawali perkenalannya dengan maera.
Tergambar sebuah cerita yang berkesan,di mana saat itu sedang peraktik pelajaran IPA. Di pinggir kelas teman-teman yang lain sibuk dengan pekerjaannya dan Naysa yang masih berumur 12 tahun mencoba untuk memotong batang pohon singkong yang di bawanya dari rumah.
“susah ya. Mau ku Bantu” ucap seorang anak laki-laki berusia 12 tahun menawarkan bantuan kepada naysa yang tak lain adalah maera.
“tumben banget nih orang. Setahuku dia tak pernah senyum sejak aku pindah kesekolah ini setahun yang lalu. Tapi sekarang nawarin bantuan” ucap naysa dalam hatinya.
“hei. Bengong. Mau atau nggak?” tawar maera
Naysa kemudian tersenyum
“itu artinya mau” Tanya maera
“iya” jawab naysa singkat
Maera kemudian tersenyum. Dan mengambil alih pekerjaan naysa.
“dia senyum” hati naysa sumringah melihat maera yang dia tahu adalah orang yang tak pernah sedikitpun menyapanya, yang tak pernah sedikitpun senyum padanya sejak kepindahannya ke sekolah itu setahun yang lalu.
Dan tergambar pula ketika saat-saat akhir tahun ajaran baru, ketika seminggu setelah ujian akhir nasional usai di laksanakan. Ketika itu di dalam kelas, jam istirahat tiba, semua teman-teman naysa sudah keluar untuk bermain dan menghabiskan uang jajan. Tapi ketika itu naysa melihat ada seorang temannya tak keluar kelas, maera sedang duduk lesu mencoret-coret bukunya. Naysa terus memperhatikan tingkah laku maera yang sangat dingin dan terlihat tak ada semangat. “ada apa ya sama maera” hati naysa berkata. Entah apa yang terjadi pada maera saat itu. Dan itulah untuk terakhir kalinya naysa melihat maera, karna sejak saat itu, maera tak pernah kembali masuk sekolah, bahkan saat pengumuman kelulusan pun maera tak ada. Naysa hanya melihat seorang laki-laki yang datang mengambil surat kelulusan maera. Hingga pada akhirnya naysa dan maera bertemu saat berlibur ke rumah nenek van hag, pada saat itu naysa menanyakan perihal apa yang terjadi padanya hingga dia tak datang pada saat pengumuman kelulusan.
“waktu itu aku liat kamu duduk sendiri, kayaknya kamu lagi sedih, dan sejak saat itu aku tak pernah melihatmu lagi ke sekolah. Ada apa ,maera”
“ohh iya, ma’af waktu itu aku tak sempat untuk pamit sama kamu dan teman-teman yang lain. Aku nerusin sekolah di luar kota rumah nenek ku. Aku pindah sepeninggal ayahku. Dan untuk yang waktu itu aku emang lagi sedih, karena saat itu ayahku di rawat di rumah sakit, kondisinya keritis, aku bingung, besoknya ayahku meninggal dunia, makanya kenapa aku tak kembali lagi ke sekolah”
“ma’af, aku nggak bermaksud”
“ssstttttt, ya udah nggak apa-apa”
Mata naysa berkaca-kaca menahan tangis, menahan derasnya air mata yang akan keluar jika mengingat tentang cerita yang di tuturkan maera mengenai kehidupan maera. Naysa terus bertanya pada dirinya sendir, apa yang telah terjadi pada dirinya. “ ya allah berikan petunjukmu”. Hingga akhirnya mata naysa yang memerah itu mulai terasa berat, dan naysa terlelap dalam tidurnya.



# . Surat Bertinta Merah

Hangatnya mentari menemani iring-iringan ayam jantan berkokok, pagi datang mengucapkan salam rindu karna semalaman tak ada. Embun-embun mulai naik ke atas langit buah perintah matahari pagi.
Maera tergeletak tak berdaya di bawah ranjangnya, selalu seperti itu setiap pagi, maera tak pernah tidur, sudah jarang makan, barang sesekali dia mengisi perutnya, jika lapar yang sangat menghampirinya. Maera sudah tak memperhatikan dirinya, dia hanya terus memandangi lukisan naysa yang dibuat tangannya, setiap malam, pagi, sore, ataupun siang. Hanya saat panggilan azan barulah dia meninggalkan lukisan naysa.
Di kamarnya tergeletak banyak sekali kertas yang berserakan tak beraturan, tapi maera tak pernah membereskannya. Bukan tak ada alasan, kertas yang berserakan itu adalah jeritan-jeritan rindu maera, setiap rasa rindunya datang, kertas itulah yang menjadi temannya, di kertas itu maera tuliskan jeritan hatinya. semakin banyak kertas yang berserakan tak beraturan, sudah barang tentu begitu sangat maera merindukan naysa.

………^_^……..

Bukan tak mungkin maera menemui naysa di tempat naysa berada, tapi entah apa yang dirasakan maera cintanya menahan untuk itu, maera hanya mengharapkan keajaiban datang padanya, keajaiban yang pertemukan dia dengan naysa. Yang membuatnya yakin naysalah kekasih sejatinya.
Suatu ketika maera mengumpulkan kembali tulisan-tulisan yang di buatnya untuk naysa, dari yang berserakaan sampai yang sudah kumal, ada yang kucal, ada yang tulisannya tak jelas karna telah begitu lama, ada juga yang seperti bekas air mata. Semuanya maera kumpulkan. Dan maera tulis ulang di sebuah buku. Maera tak menyangka di sekian banyak tuliannya itu ada satu tulisan yang membuat maera perhatian. Selembar surat yang berisikan pengungkapan perasaan maera kepada naysa, bertinta merah, yang dibuatnya ketika masih kecil. Maera tertawa cekikikan, karena gaya bahasa yang di gunakan sangat lucu, “ anak kecil banget, hihihihi” gumam maera.
“assalamu’alaikum…. Untuk naysa: nay, ngga’ tau kenapa hati aku berdebar saat liat kamu…. Terlalu kecil bagi aku kalau bilang ini cinta, tapi hati ngga’ bisa bohong, aku suka sama kamu nay.... beneran, ini ngga’ bohong….aku udah lega bisa ungkapin semuanya, walaupun Cuma lewat surat, terserah kamu mau bilang apa…. maera “
“ wah. Ternyata masih ada, aku kira udah ilang, ngga’ tau kemana” ucap maera. Itu surat cinta pertamanya dan yang terakhir, tapi walaupun itu berbentuk surat maera tak pernah memeberikannya kepada naysa. Tidak ada kesempatan, mungkin itu salah satu alasannya.
“ nay, aku mencintai kamu, cintaku butuhkan kehadiran kamu disisiku” gumam maera.

……..^_^……

Malam semakin larut. maera terduduk menatap dirinya dari sebuah cermin. Maera sudah tak sanggup lagi menahan rasa cintanya yang terpendam. “aku harus jujur” gumam maera. “aku harus bilang ini semua ke dia, tapi gimana caranya” gumam maera. Ketika itu handphone maera bergetar, terlihat ada SMS masuk.
“nite….cus afteral we’re the one who’s winning” isi SMS itu. Nomornya tak dia kenal, tapi kata-kata itu taka sing untuknya. “…ya ini pasti naysa” ucap maera. “tapi dia ko tau nomor aku?, mungkin dari pla kali ya” gumam maera. Maera sangat yakin yang mengirim SMS itu adalh naysa karena kata-kata itu adalah salah satu lirik lagu dari band yang sama-sama mereka sukai. Kemudian maera membalasnya
“mlm… on day I will find u again ;-)”
Percakapan itupun berlanjut.
“I can’t let u go if u keep holding my hand..”
“are u sure?” Tanya maera.
“I think so..”
“aku boleh ganggu kamu?” Tanya naysa.
“maksudnya apa, pertanyaan kamu aneh”
“aku mau Tanya sesuatu, boleh?”
“boleh. Kamu mau Tanya apa?”
“menurut kamu, kamu harus gimana, jika ada seseorang yang menawarkan kebahagiaan dia sama kamu?”
“aku pasti seneng banget, karna aku lagi butuh kebahagaan.”
“tapi kalo orang itu udah pernah buat kamu nunggu, dan berharap lebih. Apa rasa itu masih ada buat dia?”
“iya. Aku akan tetap sayang sama dia”
“ajaib ya… tuhan memang baik”
“ko ajaib,, kenapa kamu Tanya gitu nay?”
“ngga’ apa-apa ko, nanti juga semua akan terjawab dengan berjalannya waktu, aku hanya kurang yakin ja”
“kamu belum yakin apa?.. kamu aneh, kamu lagi apa?”
“nunggu keajaiban”
“keajaiban seperti apa?”
“aku harap dia jujur sama diri dia sendiri, dan sama aku, karna itu yang buat aku ngga’ yakin, aku Cuma denger dari orang lain”.
Membaca itu maera mengeluarkan air matanya, maera yakin naysa mengetahi bahwa dirinya mencintai naysa. Jantung maera berdegup kencang, maera tak kuasa menahan air mata bahagianya. Maera tak membalas pesan dari naysa lagi malam itu. Karna terlalu bahagia, cairan merah keluar dari dalam hidungnya.
Keesokan harinya maera membulatkan tekad untuk mengatakan semuanya melalui SMS, karna dia tau, jika dirinya berhadapan dengan naysa lidahnya akan terkunci, mulutny akan kaku untuk berkata-kata. Maera kemudiam mengirim pesan:
“nay…ma’afkan aku sebelumnya, tapi aku harus jujur sama kamu dan diri aku sendiri, aku cinta sama kamu nay, aku pernah nyimpen rasa buat kamu sewaktu kita masih kecil. Dulu Aku pernah menuliskan surat buat kamu yang ngga’ pernah aku kasih, yang isinya tentang perasaan aku nay. Setelah pertemuan kita kembali di rumah ola, awalnya biasa-biasa saja, tapi kebersamaan kita di rumah nenek van hag, membuat cinta aku kembali, mungkin menurut kamu ini terlalu cepat, tapi ini sudah cukup lama buat aku nay, aku cinta kamu nay”
Maera begitu gelisah sesaat setelah mengirim pesan itu. Hamper sembilan jam dia menunggu, balasan tak juga diterima. Tapi kemudian handphone maera bergetar, maera langsung mengambil handphonenya. Jantung maera terdengar keras berdegup. Dan ternyata benar, pesan itu dari naysa:
“aku ngga’ tau harus berkata apa, mau marah tapi sama siapa, aku bener-bener ngga’ tau dan ngga’ nyangka kalo aku bisa sebodoh ini…. Aku ngga’ peka selama ini sama kamu, aku terlalu naïf buat terima semua ini… nyatanya memang jawaban ini yang aku tunggu, aku memang ngga’ yakin aat itu, tapi kamu ngga’ tau kan waktu kita pulang dari rumah nenek van hag saat itu aku berfikir, ada sesuatu yang buat aku takut kehilangan kebersamaan itu, dan aku selalu bertanya sama diriku dan hatiku bilang ada nama kamu disana,, dan rasa yang aneh yang allah kasih buat aku, kenapa kamu ngga’ pernah jujur sama aku maera… kenapa aku harus denger semua itu dari ola, yang buat aku anggap semua itu Cuma kebohongan semata,, aku udah buang-buang waktuku untuk nyari kebahagiaan yang jelas-jelas udah allah persiakan untuk aku, dan kamu udah sia-siakan waktu kamu untuk cinta sama aku maera, sedangkan kamu ngga’ dapet balasan yang harusnya kamu terima, kenapa allah baru sadarkan aku sekarang, setelah begitu lama kamu buat hati kamu nunggu… kalo ada kata-kata yang buat kamu tersenyum…. Allah, sayangilah manusia yang menyayangi hambamu yang hina ini dengan kasih sayangmu, karna sesungguhnya sayang itu datang darimu, dan akan aku berikan untuknya….”. membaca pesan itu maera mengeluarkan air mata bahagianya, dan cairan merah keluar dari hidungnya karna terlalu bahagia. Saat itu maera merasakan begitu indahnya cinta yang dia miliki, sehingga membuatnya begitu bahagia.


#. Kembali Kepada Sang Pencipta


*Nyata dalam percakapan

H: nite...cus afterall we're the one who's winning,,
A: mlm.. on day i will find u again ;-)
H: i can't let u go if u keep holding my hand,,
A: are u sure?..haha
H: i think so ,,
A: w boleh gnggu lw g,,?
A: mksud'y ap? pertnyaan u aneh?
H: w pngen nnya sswtu,, bleh kgak,,?
A: bleh" j, mg u mo tnya ap? w siap jawb
H: mnurut lw,, lw ruz gmn,, klw da seseorang yg mnawarkn kebhagiaand dy k lw?,,
A: w bkal sneng bgd, krn mg w lg pngen bahagia, w cpek larut dlm ksedihan w truzz...
H: ouh,, tp low org itu dh prnah bwt lw nunggu n b'harap lebih? pa lw msih ad rasa wat dy?''
A: low emg dy ad rasa lebih wt w, w pst yakinin hti w utk lebih syg ma dy...krn mg w sblumnya dah syg..
H: ajaib yua,, TUHAN mang baik,,
A: ko ajaib, mg knp u ko tnya gt?
H: ya bgtu lah.. g ap" ko, tar juga smua kand t'jawab dg berjlannya wkt.. w kurang yakin aj x!!
A: u blm yakin? ap x? aneh..u ge ap??
H:lg nunggu keajaiban.... eh salah mandang langit...
A: ap yang hati u lyat mlm ini??
H: w lum lyat ap", w cuma lg nunggu keajaiban wt org yg syg ma w,,
A: keajaiban ap yg u hrapkn wt dy??
H: w harapdy bsa jujur ma dry dy sendiri nd jujur sm w,, krn it yg bwt w g yakin,, krn dy blom prnah bilang smw tu k w, w cuma denger dr orang laind,, w pngen dger semua tu dri mulut dy sendiri,,
A: semoga allah mengabulkan do'a u... amin,,
H: semoga!!.. w bru sadar low w syg dy, setelah w liat mata dy,,
A: skarang w yg nanya,, ap yg u lakuin klo misalkan u dah syg ma seseorang tp u tkut ungkapin krn pengalaman masa lalu yg buruk?
H: ry rulez,, td w gi basket,, mg ap yg u tkutind?,,
A: w kan dah cerita d'MSJ (musium sejarah jakarta) ttg d3,
H: ouuhh, ketakutan u sbenernya beralasand, tp ap salahnya lw coba, mungkin lwat org yg lw syg itu lw nemuin kbahagiaand bru,,
H: lw udah lama atw bru kenal am dy?,,
A: dah lama bgd....
H: truz rasa itu da sejak kpand??,,
A: sejak w kenal dy...
H: mungkin ja org yg lw ska skarang dy bkal ngebales dg rasa yg sama,, stelah lw jujur,,

dan puncaknya.........

A: na, mavin w sbelumnya, tp w hrus ju"r sma dri w n u, org yg w maksud 2 sbenernya u na, w pernah nyimpen rasa wt u,, dan setelah pertemuan qt kembali awalnya bys" aja, tp mkin kesini w ngerasa smwnya balik lagi,, mungkin mnurut u ini terlalu cepat tp 6 thun waktu yg cukup lama wt w,, akhirnya w jujur ma u na,, w syg sma u na..

H: w g tau hrz berkata ap,, mu mrah tp sma syp,, w bner" g tw n g nyangka low w bsa sebodoh ini,, w g peka selama ini sama lw,, w terlalu naif wd trima ini smw,, nyatanya mang jawaband ini yg w tunggu,, w mang g yakin saad itu,, tp lw g tau kan knp wkt qt mu balik dri kota tua w diem aja,, saat itu w mikir,, dha sesuatu yg buad w tkut kehilangand kbersamaan itu,, n w slalu bertanya ma dry w dan hti w bilang ada nama lw disana,, n rasa yg aneh yg tuhan kasih wt w, knp lw g pernah ju"r sma w do,, knp w hrz dgr smw itu dri org laind,, yg wt w anggep tu smw cuma kbohongan,, w dah buang" wktu w wat nyari kebahagiaan yg jelas" udah tuhan persiapkn wat w,, dan u dah sia"ind wkt u wat syg sma w, sedangkan u g dapet balasan yg seharusnya u terima,, knp tuhan bru sadarin w sekarang,, setelah begitu lama lw buat hti lw nunggu, klo ada kata" yg bwd lw tersenyum,,
"tuhan,, sayangi lah mnusia yg menyayangi hambamu yg hina ini dg kasih syangmu, krn ssungguhnya syg itu dtangnya drimu, dan akan aku berikan untuknya,,... :-)"

semua itu membahagiakan, wlw hanya sesaat aq bersamanya, merasakan cinta yang tuhan berikan, namun yang sesaat itu yang tak pernah terlupakan,,

Part 1

Pelajaran hidupnya sudah sejauh ini,,
baju" y6 kotor akand segera q kucuci,,
rasanya dia seperti hidup kembali,,
walaupun gambarannya tidak begitu,,
padahal beberapa waktu yang lalu, kerjanya kamu hanya melamun saja seperti orang bodoh,,
apa ada kejadian y6 menyenangkan?,,
luas sekali,,ya. .aq sampai tersasar tadi,,
apa dia memang selalu sial begitu ya?,,
mungkin aq memang aneh. . ,,
aduh,,
tapi wajah mu merah,,
tidak biasanya dia tersenyum begitu,,
semua orang j6 tidak bisa melepaskan pandangan darinya,,
walaupun hanya 1x dalam sebulan saja,,
akhirnya aku berhasil menjadi satu"nya teman wanita dia,,
aneh sekali, seharusnya ada dibuku cata"n q,,
maaf sepertinya aq y6 salah,,
se. .saknya. . ,,rasanya tidak bisa bernafas,,
aq memang tidak beruntung,,
kau benar" anak y6 menyusahkan,,
sejak kejadian itu hp mu tidak bisa dihubungi,,
kemana saja kau selama ini?,,
kau mengkhawatirkan q,,
cairan merah menetes di hidung q,,
kenapa?,,
karena terlalu bahagia,,



Part 2

Boleh terus berada disisimukan?,,
Akan q berikan hatiq hanya untuk mu,,
kenapa harus dia y6 menyampaikan kabar seperti itu,,aq tidak ingin bertemu dengannya lagi!,,
kubenci dia,,berusaha tidak lebih jauh lagi,,
j6an berkata seperti itu,,kenapa kau melindungi q,,padahal kau tidak mempunyai perasaan apa" pada q,,
tiba" teman q sejak kecil dengan q berkata,,
tidak lama setelah aq naik kelas,,selama ini. . ,,
ternyata benar baju" kotor itu tidak kau cuci,,
ini ada dalam buku cata"n q,,
kalau saja aku menyadari perasaanq sendiri,,tapi semuanya sudah terlambat,,
apakah tempat ini y6 ingin kau lihat?,,aq salah,,jadi itu penyebabnya,,
karena tidak ingin terganggung, biar aq sendiri y6 mengantarnya,,



tempat y6 jauh dari mana",,padahal sangat dekat,,tapi tempat y6 begitu dekatnya, tidak pernah terlihat apa maknanya!,,
tempat y6 bertingkat
saksinya aq dekat dengan kamu,,
kamu datang ketempat y6 dekat itu, tapi tanpa aq disana,,
kau lihat ya?,,
diamkan saja,,
bangunkan aku sekarang j6a,,



Part 3

Tampar seperti warna merah pi"q waktu melihatnya,,
buat hidung q berdarah seperti bersamanya,,
j6an suruh dia pergi terlalu lama,,
tapi y6 cepat saja,,
ada bendera merah-putih di tempat bertingkat itu,,
aq ingat,,
mulailah 1x aq bersamanya,,merasa berjumpa 1bulan dalam setahun,,
nyatanya warna merah dan hijau jendela dari tempat y6 bertingkat itu,,
aq bilang aq bukan orang y6 sempurna,,
padahal dia tidak pernah jahat,,
kamu harus tau itu,,
mencari alasan y6 jelas agar tak begitu mengasihaninya,,
apa ya. . 27x?,,
harusnya aq pergi saja,,menunggu mimpi y6 hanya hayal itu hidup,,
atau menjawab ini dan menyambut rasa y6 istimewa untuk q?,,
(artinya kamu harus menghindarinya),,
pikirkan alasan y6 baik untuk itu,,
tunggu saat aq bilang ini pada teman q itu,,
(Wahai benang merah yang terikat dijari kelingking q,,
q mohon bimbinglah kami d akhirat nanti,,
mulai sekarang qt bisa terus bertemu),,



Part 4

Aq sudah bangun sekarang,,
duh. . ,,
tersesat itu membuat aq lupa,,
kan kamu y6 buat aq jadi begini,,
ingin teriak. . 27x,,
agar bukan kamu lagi y6 buat q bangun,,
tapi kamu sendiri,,
aku membuat kesalahan dengan memilih alasan ke-2,,
berpura" tidak bisa,,
padahal aq sangat sanggup,,
sekarang baru sadarkan kalau aq orang y6 cerdas tapi belum pintar sepintar Allah,,dan setulus Muhammad,,
haha. . . . .ha. . . .27x,,
saatnya bermain dengan perasaan sendiri,,
jadi teringat angka 6 y6 pernah kamu bilang,,
padahal angka q hanya 2,,
lama ya menunggu 2thn,,
bagaimana rasanya jika jadinya harus 6thn,,
terlalu. . ,,
hey. .kenapa malah warna hitam,,
dark,,
now you do know what is life,,
in the end,,
i'll be right,,
kamu kenapa tidak bisa diam,,menyentuh aku dengan kata" y6 buat aq sakit lagi,,
feel so right,,
sebenarnya 27 itu 2+7,,dia tau kalau jumlahnya 9,,jadi 9bln,,
samakan jika dilihat dari gambar y6 tadi,,
y6 disiapkan untuk kamu,,
tidur sekarang/tidak ada y6 bangunkan kamu,,



Part 5

Jadi sekarang aq bisa bangun sendiri loh,,
seperti ada y6 menempel,,
wah. . ,,
ini cuma kebanggaan saja atau bagian dari skenario TUHAN!,,
panas dingin,,
dia tidak bisa membuat aq melihat warna merah,,
aq sayang Dia,,
bilang apa aq barusan?,,
one time,,
justin buat aq ingat untuk bangun lagi,,
tapi Pwg y6 aq suka,,
selalu buat aq ingat kamu,,
and i just keep believe used together,,
i hope you know,,
kenapa bukan dirinya y6 tidak cemas,,kenapa kamu y6 buat aq panik,,
aq mulai berkhayal y6 iya",,
tell me what i wanna here,,
q mencari dan tak ada dirimu,
terima kasih untuk selama ini, y6 sudah lama, dan makin lama,,
terima kasih,,
thank you,,
you can do it,,
i'm sorry "i love you",,
semoga x ini aq tidak salah mengambil makna dari tempat ini,,
hati q sendiri,,

BERSAMBUNG………..

Senin, 23 Agustus 2010

cerpen cinta islami



Di depan sebuah rumah yang tak terlalu besar suasana sore di temani hujan yang tak terlalu deras terdiam seorang remaja duduk di teras rumah memandang kosong tetes-tetes air hujan yang jatuh tepat di bawah kakinya. Terhembus dari timur angin samudra menyapa rambutnya, semakin kencang berhembus semakin dalam rasa rindu yang di rasakan terhadap sang ayah. Al maera artalys seorang remaja berusia 17 tahun tengah rindu kepada sang ayah yang telah hampir 6 tahun meninggalkannya menghadap Allah SWT.

Maera kini tinggal bersama bunda dan kedua adiknya yang masih kecil di rumah sederhana miliknya. “maera kamu kenapa” Tanya sang bunda. “sendirian seperti ini di luar, apa nggak kedinginan” lanjut bunda. Maera tetap saja diam, seolah tak mengetahui kehadiran bundanya. “maera” bunda terus mencoba menyadarkan maera dengan lambaian tangan di depan wajah maera. “astaghfirullah…bunda, ngagetin aja” ucap maera. “nahh…bengong, hayo kenapa?” Tanya bunda. “nggak ko bun, beneran deh” jawab maera tak jujur dengan keadaan hatinya. “ada apa bun?” Tanya maera. “tadi rima telepon” jawab bunda. “rima”. “iya…rima, kamu di suruh menemuinya besok pagi dirumahnya”. “oh. ya.” maera tersenyum. “emmm, denger nama rima aja, senyum” bunda meledek. “ada apa ya” gumam maera. “kira-kira ada apa ya bun?” Tanya maera. “mana bunda tau, mungkin ngasih kejutan” saut bunda. “bunda bisa aja, bikin anaknya seneng” ucap maera. Bunda tersenyum, lalu pergi masuk kedalam rumah.

Pagi datang, di saat matahari telah menunjukan kehangatannya di hari yang cerah. Maera tengah bersiap-siap pergi ke rumah rima kekasihnya.

Maera tak mau membuat rima menunggu lama. Tak berpikir panjang maera pamit kepada bunda dan bergegas pergi ke rumah rima. Dengan hati yang senang maera pergi kesana. Hanya rima yang bisa membuatnya tersenyum . kebahagiaan maera telah menunggu di sana, di rumah rima.

“assalamu’alaikum” salam maera setibanya di rumah rima. “wa’alaikum salam” jawab seorang wanita di balik pintu rumah yang tak lain adalah rima. Rima kemudian mempersilahkan maera masuk. Namun, seketika maera terdiam kaku. keceriaan yang maera tunjukan saat pertama kali datang sekejap menghilang raut wajahnya berubah, maera kaget dan tidak sanggup menahan amarahnya ketika melihat di dalam rumah rima di ruang tamu, telah duduk seorang laki-laki. Timbul satu pertanyaan di benak maera. “siapa laki-laki itu?” dengan langkah lunglai maera mendekat dan berkata “apa maksud dari semua ini?”. “siapa laki-laki itu?”. Rima lalu menjelaskan tanpa banyak basa-basi “maera, aku menyuruhmu datang kesini adalah untuk mengenalkan dia kepadamu. Ma’afkan aku, hubungan kita tak bisa di lanjutkan karna dia. Aku mencintainya lebih dari kau maera. Dan tolong agar kamu mengerti”. “mengerti apa?” dengan nada tinggi maera berkata. Tak lama kemudian maera langsung pergi, berlari meninggalkan rima dengan air mata yang terurai dipipinya. Terus dan terus berlari. Wanita yang dia sayangi telah menusukan belati tajam tepat di hatinya.

Al maera artalys kehidupannya sungguh menderita, kesedihan yang dia alami bertahun-tahun karna sang ayah yang meninggalkannya kini di tambah dengan rima yang dia sayangi, kekasih yang selama ini menemani hari-harinya, meninggalkan dia dengan bekas luka yang sangat dalam. Kehidupan maera bagai malam yang tak kunjung berhenti, tak ada tanda-tanda cahaya mentari terbit di upuk barat, tak berbintang, juga tak ada sinar bulan. Gelap dan dingin. Maera seperti sudah putus asa, raut wajahnya tak lagi berbentuk muka. Tak ada semangat apalagi penyemangat. Yang dilakukannya hanya berjalan-jalan tanpa arah dan tujuan.

Satu bulan kemudian…….

Ketika sedang menyendiri dalam rumahnya. “assalamu’alaikum” terdengar suara salam dari balik pintu rumah maera, tak ada jawaban dari maera, dia hanya diam. “assalamu’alaikum” diulang dan diulang lagi. Setelah beberapa kali barulah maera menjawab. “wa’alaikum salam” menuju pintu dan membukanya. “hai al maera artalys, betulkan itu namamu?” di depan maera seorang wanita cantik menyapa. Ketika mata maera di arahkan tepat di wajah wanita itu, maera kaget, dia tak menyangka yang menyapanya itu adalah naysa, wanita yang dulu pernah jadi pujaan hatinya. “maera, ini aku er naysa maherda, masih ingat kan”. “ohh, iya. Aku ingat, er naysa maherda ya” jawab maera. “ apa kabar nay?” Tanya maera yang memerah mukanya. “alhamdulillah baik, kamu sendiri apa kabar. Wah keliatannya muka kamu pucat ya” ucap naysa. “alhamdulillah baik”. “oiyya nay, ada apa, tumben” Tanya maera. “maera, aku dan teman-teman kita dulu waktu duduk di sekolah dasar mau pergi ke tempat wisata, kita reunian gitu….gimana, ikut ya?” jelas naysa. Maera menjawab dengan nada rendah “insya allah nay”. “ya sudah aku pamit pulang, jangan lupa besok ya” naysa pergi dengan tak lupa ucapan salamnya.

Keesokan harinya maera dan naysapun pergi ke tempat wisata itu, bangunan tua yang brsejarah bersama teman-temannya yang lain, abe, ola dan odie. Sesampainya di sana maera dan naysa terpisah dengan abe,ola dan odie. Mereka lalu berjalan-jalan di tempat itu. Hingga akhirnya mereka tiba di suatu tempat, dimana hanya ada mereka berdua di lantai dua di sebuah bangunan tua, di sebuah jendela yang menjulang tinggi, di hadapkan sebuah lukisan alam yang membuat hati setiap orang yang melihatnya menjadi tenang. “kenapa nggak dari dulu kita jalan seperti ini” ucap naysa “Apa..apa yang kamu bilang tadi” respon maera. Naysa hanya tersenyum seolah memberi jawaban atas pertanyaan maera. “nggak nyangka ya, kita bisa di pertemukan di tempat ini” ujar naysa. “iya, indah ya nay..”jawab maera.

Dalam perjalanan itu maera dan naysa saling berbagi cerita satu sama lain. Mereka membaca kisah-kisah di kening mereka masing-masing. Ketika maera berbicara naysa mendengarkan dengan serius dan senyumnya. Ketika naysa berbicara maera menyimak setiap tutur kata yang terucap dari mulut naysa dengan rasa senang dan tatapan tajam kearah mata naysa. Mereka berdua terlihat akrab. Dekat, bahkan lebih dekat. Kesedihan yang maera rasakan seolah hilang ketika itu. Yang terlihat hanya raut wajah yang ceria, canda, dan tawa. Dan naysa seolah tau keadaan maera yang sedang terjatuh dan membuat maera kembali bangun.

“kamu tau sesuatu tentang hujan” terlontar pertanyaan dari naysa di tengah pembicaraan mereka “Hujan, apa ada rahasia di sana, aku tak pernah tau tentang itu” jawab maera. “maera, hujan itu bagaikan perasaan seseorang. Ada dua kesimpulan dari hujan itu. Pertama hujan itu bisa buat kita bahagia, karna dia akan membahagiakan tanah yang kering menjadi subur dengan tiap tetesannya. Yang kedua hujan itu bisa buat sedih karna dia akan membanjiri tanah jika turunnya di tempat dan waktu yang kurang tepat. Jadi apa yang kamu dapatkan dari penjelasanku ini” jelas naysa. “subhanallah…naysa kamu sungguh luar biasa. Semoga hujan yang aku adalah hujan yang buat tanah yang gersang menjadi subur” ucap maera. “amin” jawab naysa. “kamu tau maera, orang bijak bilang seringkali kesusahan atau kesedihan itu membawa kebahagiaan. Dan harusnya kamu bersyukur dengan adanya kesedihan itu, kenapa, Karna nanti kamu pasti bahagia” ucap naysa. Satu persatu, perlahan mulai terungkap rahasia-rahasia dari pribadi masing-masing dari mereka. Lagi dan lagi naysa terus memberikan pelajaran tentang kehidupan kepada maera, dan sebaliknya maerapun acapkali mengajak naysa untuk belajar hidup dari alam.

Ada satu hal yang membuat maera tersenyum kala itu, untuk pertama kalinya naysa membuka hati dan dirinya untuk berbagi kepada maera. Dalam hati maera berkata “ya allah, sungguh ajaib luar biasa, belum lama ini hamba larut dalam kesedihan, dan engkau datangkan naysa sebagai pelunak hati hamba yang kaku ini. Hamba bahagia ya allah. Terima kasih” sambil terus menatap naysa.

Di tengah perbincangan mereka “dugh….dugh…dugh” terdengar suara jantung maera berdegub kencang. “ada apa ini, apa rasa itu kembali lagi” maera berkata seorang diri. Mendengar perkataan itu, naysa berkata. “rasa apa, kembali lagi, apa maksudnya”. “ohh, nggak ko, bukan apa-apa” jawab maera dengan senyumnya. Ternyata benar adanya, perasaan itu kembali, rasa sayang terhadap naysa yang dulu tenggelam kini kembali timbul ke permukaan. Dan menjadi-jadi setelah sekian tahun menghilang.

Naysa sungguh luar biasa, naysa jadi nafas baru untuk maera, malam yang tak henti-henti itu kini menjadi siang yang cerah lengkap dengan kicau burung yang bernyanyi. Tanah yang tandus kini menjadi subur. Keceriaan hati maera tak terlukiskan, bahkan lukisan taman bunga sekalipun, yang bunganya bermekaran dihinggapi kupu-kupu cantik dan angin yang berhembus lembut. Inilah cinta, maera menemukan cintanya kembali. “nay, makasih ya. Karna kamu sekarang aku bisa tersenyum lepas tanpa beban” ucap maera halus. “sama-sama maera, aku juga senang, karna kamu di sini, hari ini jadi lebih berkesan” ucap naysa. Maera tersenyum mendengar jawaban itu.

Setelah itu mereka berkeliling, melihat benda-benda bersejarah yang terpajang dalam gedung itu. Hingga waktu menunjukan sore hari waktunya mereka untuk pulang, dan sebelumnya mereka menemui abe, ola dan odie terlebih dahulu. “kalian pulang saja duluan, kita masih betah disini” ucap abe. Ola dan odie mengangguk. “Ya sudah, kita pulang” ucap maera yang kemudian menarik tangan naysa. Dalam perjalanan pulang naysa sempat bercerita tentang dirinya dan kehidupannya. Ada satu yang mencengangkan tentang naysa bahwa naysa tak bisa menatap mata siapapun ketika sedang berbicara padanya, katanya itu adalah hal yang paling naysa takutkan, takut akan terjadi sesuatu pada hatinya.

“kayaknya aku harus nganter kamu pulang sampe rumah, hari sudah gelap seperti ini, aku takut terjadi sesuatu padamu nay” ajak maera. “nggak usah, merepotkan kamu” jawab naysa. “nggak merepotkan. boleh ya” mohon maera. “ya sudah, boleh” jawab naysa. Merekapun bergegas pulang menuju rumah naysa dengan berjalan kaki.

“stop, sampe sini aja” naysa menghentikan langkah mereka. “rumahku sudah terlihat” ucap naysa. “oh, oke. Makasih ya untuk hari yang menyenangkan, aku nggak akan lupa hari ini” ucap maera. “iya, aku juga” jawab naysa. Mereka bersalaman sebagai tanda perpisaha. Entah mengapa setelah tangan mereka di turunkan masing-masing dari mereka terdiam, tak ada sedikitpun kata-kata yang terucap dari mulut mereka. Mereka hanya saling menatap satu sama lain. Tatapan maera begitu tajam, matanya terus-menerus melihat kearah mata naysa, dan merasakan begitu dekat hatinya dengan naysa. Naysapun sama halnya dengan maera, kini apa yang di takutkan naysa terjadi, tapi dia terus menatap maera.

“ya allah, inikah kebahagiaan yang kau persiapkan untukku, walau sesaat bersamanya kebahagiaan ini terasa selamanya. Rasa yang kau berikan begitu dalam, cinta itu telah kau berikan” suara hati maera berbicara. Maera seolah tenggelam ke dalam mata naysa, indah tak dapat terlukiskan. “assalamu’alaikum” ucapan salam naysa, memecah suasana tenang itu. “wa’alaikum salam” jawab maera. Naysapun membalikan badan dan melangkah perlahan meninggalkan maera.

Perpisahan ini merupakan awal untuk seorang al maera artalys karna cinta yang dia rasakan, keindahan cinta yang allah berikan, mata itu membuat maera yakin dengan cintanya. Maera mabuk karna cawan yang naysa tuangkan untuknya. Dia tak peduli naysa tau atau tidak dengan kehadiran cintanya itu, karna maera meyakini semua itu tak akan merubah semua keadaan.

Cintanya kepada naysa sungguh berbeda dengan cintanya untuk rima “aku tak ingin kau menjadi miliku nay, hingga allah berkata kau milikku, tapi cintaku berdo’a agar allah mengizinkan aku bersamamu. Karna cintaku bukanlah milikku, cintaku milik sang maha memilki cinta. Pertemuan singkat ku denganmu membuat aku sadar bahwa cinta memang indah, dan tak ada yang tersakiti oleh cinta. Bila ada itu bukanlah cinta, semata hanya nafsu. Karna cinta milik allah, dan akan di berikan allah kepada orang-orang yang mau memelihara cinta dalam dirinya dan hatiku sepenuhnya berkiblat padamu” gumam maera.

Satu hal yang maera tau saat itu adalah rasa cintanya kepada naysa dan hanya ada satu nama yang allah penuhi dalam hati maera “er naysa maherda”. allah memang baik kepadanya karna telah menjadikan hatinya di penuhi naysa, yang membuatnya tersenyum bahagia menjalani hidup. Walaupun maera tak pernah berdo’a untuk perasaannya, tapi maera selalu bersyukur dan berdo’a untuk naysa. Ketika rasa rindunya datang bintang dan suasana malam selalu menemaninya, berharap sang bintang menyampaikan salam rindunya kepada naysa. Jasad naysa jauh adanya, tapi sosoknya menyatu dalam raga maera.

Hari barupun datang, terlihat keceriaan maera di setiap langkah-langkahnya. Yang di lakukan maera di penuhi dengan naysa. Setiap orang yang bertemu dengannya selalu dia ceritakan mengenai naysa. Memuja kecantikannya dan memuji kebaikan hatinya. Di sela waktu luang aktifitasnya, ketika rasa rindu datang dia selalu mencurahkan isi hatinya kepada selembar kertas putih yang di tuliskan puisi-puisi di tunjukan untuk naysa.

Ketika maera asyik dengan puisi-puiinya di teras rumah datang dari arah depan seseorang tak di kenal menghampirinya memegang sepucuk surat di tangannya. “al maera artalys,betul itu namamu” Tanya orang asing itu. “ya” jawab maera singkat. “ada surat untukmu dari naysa” ucap orang asing itu. Maera kaget kemudian surat itu di berikan kepada maera. Maera membacanya.

Isi surat itu : “allah memang luar biasa, dia selalu memberikan keajaiban yang tak terduga seperti kita yang di pertemukan tiba-tiba. Aku tak biasa menatap, tapi kau paksa aku untuk menatap. Ketakutanku akhirya terjadi, hatiku bergetar, entah apa ini. Aku hanya mendengar dari teman-teman tentangmu, tentangmu yang menyukaiku dulu. Apakah itu masih ada untukku. Aku ingin kejujuranmu. Jangan kau paksa aku untuk menanyakannya, tapi kau telah memaksaku. Apabila benar adanya, terima kasih. Aku bangga akan diriku. Ya allah sayangilah dan cintai manusia yang cintai aku ini dengan cintamu dan akan aku berikan untuknya, semoga kau tersenyum. Tapi ma’af maera, aku tak bisa menyatukan cintamu dengan perasaan cinta yang menggetarkan hatiku dengan alasan yang tak akan ku jelaskan sampai kapanpun kepadamu. Kau tak akan mengerti maera, ma’af”

Sepertinya naysa sudah tau semuanya. Dia tau tentang maera yang mencintainya. Membaca surat itu maera sekejap terdiam, tak lama kemudian maera tersenyum dan bangkit. Maera tak merasakan apa-apa sekalipun rasa sakit walaupun sepertinya surat itu menjatuhkan. Dalam hati maera berkata “ajaib. Harusnya aku merasa sakit, ya allah inikah rasa cinta yang tulus itu, yang kau berikan untukku”. “ hei, kenapa tersenyum” Tanya si pembawa surat. “nggak apa-apa, bisa tunggu sebentar. Aku akan buat surat balasan” ucap maera. “iya”. Maera bergegas membuat surat balasan untuk naysa.

Isi surat itu : “kejujuran memang suatu yang indah, tak pernah terpikir jika kau tau hal ini, tapi kau sudah tau semua. Benar adanya aku mencintaimu dulu, namun rasa itu hilang di telan waktu. Hingga akhirnya kau datang dan mebuat citaku kembali, aku tak merasa kaget dan sakit sedikitpun mendengar pengakuanmu, sebaliknya aku tesenyum.Hatiku sepenuhnya akan ku kiblatkan kepadamu. Terimakasih aku ucapkan, karna cinta ini membuat aku kembali menjadi aku yang ceria. Tak ada rasa menyesal sedikitpun, dan sungguh aku tak bisa memaksa hatiku untuk membuang cita ini. Ini sudah melekat, semoga cinta bisa persatukan kita dalam taman surga penuh cinta”

Surat itu kemudian di bawa oleh pembawa surat untuk di berikan kepada naysa. Dan sejak saat itu tak ada lagi kabar dari naysa, namun maera tetap menjaga cintanya kepada naysa. Karna hanya itu yang dia punya yang berharga yang di berikan allah untuknya.